ASUHAN KEPERAWATAN
IBU HAMIL dengan HIPERTENSI/ PREEKLAMSIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Reproduksi 2 Semester VI Tahun Ajaran 2012.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami mohon mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini akan menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2003), dan penurunannya yang lambat merupakan masalah prioritas yang belum selesai. Sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup. Penanganan masalah ini tidaklah mudah, karena faktor yang melatar belakangi kematian ibu dan bayi baru lahir sangat kompleks. Penyakit kematian ibu terbanyak (90%) disebabkan oleh komplikasi obstetri; yaitu, perdarahan, infeksi dan eklamsi. Di Indonesia, pre eklamsi dan eklamsi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi . Tekanan darah tinggi pada ibu hamil menimbulkan dampak bervariasi. Mulai dari yang ringan hingga berat. Misalnya mengganggu organ ginjal ibu hamil, menyebabkan rendahnya berat badan bayi ketika lahir, dan melahirkan sebelum waktunya. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan berkurangnya kiriman darah ke plasenta. Sudah pasti ini akan mengurangi suplai oksigen dan amakanan bagi bayi. Akibatnya, perkembangan bayi pun jadi lambat, dan memicu terjadinya persalinan dini. Lebih fatal lagi, penyakit ini bisa menyebabkan lepasnya jaringan plasenta secara tiba-tiba dari uterus sebelum waktunya.
Pre eklamsi berakibat fatal jika tidak segera ditindak. Ia merusak plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa, atau lahir prematur, penyakit ini juga membahayakan ginjal ibu hamil. Pada beberapa kasus, bisa menyebabkan ibu hamil mengalami koma. Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan .Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis, penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit ginjal.
Frekuensi pre eklamsi untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya ; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre eklamsi lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre eklamsi .Angka kejadian Pre eklamsi di dunia sebesar 0-13 % di Singapura 0,13-6,6% sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di 12 rumah sakit rujukan pada 1980 dengan jumlah sample 19.506, didapatkan kasus pre-eklamsi 4,78 %, kasus eklamsia 0,51% dan angka kematian perinatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes pada 1983 di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian Pre-eklamsia dan eklamsia 5,30 % dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9) kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal .Ada yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6 % dari seluruh kehamilan, dan 12 % pada kehamilan primigravida. Lebih banyak dijumpai pada primigravida daripada multigravida, terutama primigravida usia muda. Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsi adalah molahidatidosa, diabetes mellitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obesitas, dan umur yang lebih dari 35 tahun. AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 berdasarkan hasil survei kesehatan daerah sebesar 55,22 per 100.000 kelahiran hidup. Urutan penyebab kematian ibu dari yang terbanyaadalah perdarahan sesudah persalinan, pre eklamsi dan eklamsi, perdarahan sebelum persalinan, dan infeksi
1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Apakah definisi Preeklamsia ?
b) Bagaimanakah etiologi Preeklamsia ?
c) Bagaimanakah Klasifikasi Preeklamsia ?
d) Bagaimanakah patofisiologi Preeklamsia ?
e) Apakah Komplikasi pada Preeklamsia ?
f) Bagaimanakah manifestasi klinik Preeklamsia ?
g) Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang pada Preeklamsia ?
h) Bagaimanakah penatalaksanaan Preeklamsia ?
i) Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan Preeklamsia ?
1.3 TUJUAN
a) Untuk menjelaskan definisi Preeklamsia?
b) Untuk menjelaskan etiologi terjadinya Preeklamsia?
c) Untuk menjelaskan klasifikasi Preeklamsia ?
d) Untuk menjelaskan patofisiologi Preeklamsia ?
e) Untuk menjelaskan Komplikasi Preeklamsia ?
f) Untuk menjelaskan Manifestasi klinik Preeklamsia ?
g) Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang Preeklamsia ?
h) Untuk menjelaskan penatalaksanaan Preeklamsia ?
i) Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Preeklamsia ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba, 1998 ).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000)
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk,kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
2.3 KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
Preeklampsia Ringan :
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
Preeklampsia Berat:
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.
2.4 PATOFISIOLOGI
Tekanan Darah
(TD > 40/190) Normal
Hamil <20mgg Hamil >20mgg
HT Kronik Superlimposed Preklamsia Kejang (-) Kejang (+)
Preeklamsia
Vasospasme pd p. darah
Pengisisan darah diventrikel kiri
Proses I : Cardiac output
Areus Aorta/body reseptor/basoreseptor-Volum dari TD
Merangsang Modulla
Syistem syaraf simpatis
Jantung Paru Pembuluh darah Gi tract Kulit
Komposisi pembekuan Vasokontriksi HCL Keluar
Syaraf simpatis darah Keringat Berlebih
HR (berdebar) LAEDP Metabolisme Turun Paristaltik Kurangnya
G. irama jantung Volume
Cairan
Aliran Turbelensi Kongesti Vena Akral dingin Acomodasi
Timbul emboli Pulmonal Gas
G. rasa nyaman Proses Pemindahan Perubahan Perfusi Gangguan
Nyeri Cairan Karena Jaringan perifer Pemenuhan
Perbedaan Tekanan Nutrisi
Timbul odema//
G. funsi aveoli G.eliminasi bowel
2.5 KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:
Pada Ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Pertambahan berat badan yang berlebihan
Edema
Hipertensi
Proteinuria
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
2. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
Urinalisis
= Ditemukan protein dalam urine.
Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
Tes kimia darah
= Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
Radiologi
Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia
Hendaknya janin lahir hidup
Trauma pada janin seminimal mungkin.
Pre-eklamsi ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.
Pre-eklamsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
• Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi)
Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi)
Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala
Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan
• Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
• Penderita dirawat inap
Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflex patella positif; dieresis 100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc
Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat
• Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari
• Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongerstif.Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul intravena Lasix.
• Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi.Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes
• Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan
• Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri
• Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum
• Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.
DIET
Tujuan Diet
o Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
o Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
o Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
o Mencapai keseimbangan nitrogen
o Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
o Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
Syarat Diet
o Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil
o Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.
o Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan)
o Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda.
o Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi
o Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
o Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
o Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan
Macam Diet Preeklampsia
Diet Preeklampsia I
• Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat
• Makanan diberikan dalam bentuk cair, yg terdiri dari susu dan sari buah
• Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya diberikan secara parental
• Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 – 2 hari
Diet Preeklampsia II
• Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yg penyakitnya tdk begitu besar
• Makanan berbentuk saring atau lunak.
• Diberikan sebagai diet rendah garam I
• Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya
Diet Preeklampsia III
• Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan preeklampsia ringan.
• Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .
• Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .
• Jumlah energi hrs disesuaikan dengan kenaikan berat badan yg boleh lebih dari 1 kg per bulan .
Pencegahan Preeklampsia
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
2. Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
6. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
7. Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
8. Pengkajian sistem tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
No. Dx Keperawatan Tujuan/K.H Intervensi Rasional
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah) Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu.
K.H:
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam.
2. Catat tingkat kesadaran pasien.
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
5. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
K.H:
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG normal
1. Monitor DJJ sesuai indikasi.
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
5. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
K.H :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
2. Jelaskan penyebab nyerinya
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. untuk mengalihkan perhatian pasien
4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
K.H:
- Ibu tampak tenang
-Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
-ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
3. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
4. Beri support system pada ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif
3. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Preeklamsi berakibat fatal jika tidak segera ditindak. Ia merusak plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa, atau lahir prematur, penyakit ini juga membahayakan ginjal ibu hamil. Pada beberapa kasus, bisa menyebabkan ibu hamil mengalami koma. Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan .Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis, penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit ginjal.
4.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.
——(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar