BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Keluarga berperan dalam menentuka cara pemberian asuhan yang dibutuhkan oleh si sakit apabila ada anggota keluarga yang sakit. Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang di laksanakan oleh perawat yang di berikan di rumah atau tempat tinggal klien.bagi klien beserta keluarga sehingga klien dan keluarga tetap memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dangan masalah kesehatan yang di hadpinya. Perawat yang melakukan asuhan bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam mencegah timbulnya penyakit, meningkatan dan memelihara kesehatan, serta mengatasi masalah kesehatan. Tetapi di indonesia belum memiliki suatu lembga atau organisasi yang bertuga untuk mengatur pelayanan keperawatan keluarga secara administratif. Pelayanan keperawatan keluarga saat ini masih di berikan secara sukarela dan belum ada pengaturan terhadap jasa perawatan yang telah di berikan.
Tumbuh kembang merupakan aspek yang penting bagi keluarga. Prinsip tumbuh kembang itu sendiri berupa proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu maturasi, lingkungan dan faktor genetic. Mempunyai pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi, variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tumbuh kembang dancmempunyai ciri yang khas. Sehingga perawat harus mengetahui seluk beluk tumbuh kembang secara utuh, karena itu merupakan dasar dalam melakukan pengkajian untuk mengetahui segala gangguan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dan untuk memberikan askep yang berkualitas.
1.2 Tujuan
• Untuk mengetahui konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia.
• Untuk mengatahui konsep pada keluarga.
• Mengetahui gangguan yang terjadi dalam proses tumbuh kembang.
• Mengetahui askep keluarga dengan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
1. Pengertian
a. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1989 dikutip Nasrul Effendy, 1998, hal ; 32 - 33).
b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan. ( Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip Nasrul Effendy,1998, hal ; 32).
Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
1) Unit terkecil dari masyarakat
2) Terdiri dari 2 orang atau lebih
3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
4) Hidup dalam satu rumah tangga
5) Di bawah asuhan seorang kepala keluarga
6) Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga
7) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing
8) Menciptakan, mempertahankan suatu budaya
2. Ciri – ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy 1998 hal 33 dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Terorganisasi : Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing.
3. Tipe Keluarga
Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 – 34 tipe keluarga terdiri dari :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
b. Keluarga besar (Extended Family) Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family) Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Compocite) Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
4. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998, hal 34 adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 hal 100, didefinisikan sebagai hasil atau konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah ;
a. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para anggota keluarga.
b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan sumber – sumber tersebut secara efektif.
e. Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik – pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Nasrul effendy, 1998, hal 42, adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.
2.2 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
A. Definisi
Pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah tertib dan teratur, proses yang dapat diprediksi dari embriyo dan berlanjut sampai meninggal.Pertumbuhan adalah kuantitatif atau aspek yang dapat diukur dari ukuran individual, sedangkan perkembangan adalah kuantitatif atau aspek yang dapat diobservasi dari perubahan progresif pada individual. Kemampuan (progres) melalui fase tertentu dari pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh keturunan dan factor lingkungan.
B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
2.2.1 Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
1. Neonatus (lahir – 28 hari)
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan.
2. Bayi (1 bulan – 1 tahun) Bayi usia 1-3 bulan :
• mengangkat kepala
• mengikuti obyek dengan mata
• melihat dengan tersenyum
• bereaksi terhadap suara atau bunyi
• mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
• menahan barang yang dipegangnya
• mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
3. Bayi usia 3-6 bulan :
• mengangkat kepala sampai 90°
• mengangkat dada dengan bertopang tangan
• belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
• menaruh benda-benda di mulutnya,
• berusaha memperluas lapang pandang
• tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
• mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
4. Bayi 6-9 bulan :
• duduk tanpa dibantu
• tengkurap dan berbalik sendiri
• merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
• memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
• memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
• bergembira dengan melempar benda-benda
• mengeluarkan kata-kata tanpa arti
• mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
• mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
5. Bayi 9-12 bulan :
• berdiri sendiri tanpa dibantu
• berjalan dengan dituntun
• menirukan suara
• mengulang bunyi yang didengarnya
• belajar menyatakan satu atau dua kata
• mengerti perintah sederhana atau larangan
• minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
• ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
• berpartisipasi dalam permainan
6. Todler (1-3 tahun)
• Peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik.
Anak usia 12-18 bulan :
• mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
• menyusun 2 atau 3 kotak
• dapat mengatakan 5-10 kata
• memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
7. Anak usia 18-24 bulan :
• mampu naik turun tangga
• menyusun 6 kotak
• menunjuk mata dan hidungnya
• menyusun dua kata
• belajar makan sendiri
• menggambar garis di kertas atau pasir
• mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
• menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
• memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
8. Anak usia 2-3 tahun :
• anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
• membuat jembatan dengan 3 kotak
• mampu menyusun kalimat
• mempergunakan kata-kata saya
• Bertanya
• mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
• menggambar lingkaran
• bermain dengan anak lain
• menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
9. Pre sekolah (3-6 tahun)
Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru dan peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.
10. Anak usia 3-4 tahun:
• berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
• berjalan pada jari kaki
• belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
• menggambar garis silang
• menggambar orang (hanya kepala dan badan)
• mengenal 2 atau 3 warna
• bicara dengan baik
• bertanya bagaimana anak dilahirkan
• mendengarkan cerita-cerita
• bermain dengan anak lain
• menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
• dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
11. Anak usia 4-5 tahun :
• mampu melompat dan menari
• menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
• dapat menghitung jari-jarinya
• mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
• minat kepada kata baru dan artinya
• memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
• membedakan besar dan kecil
• menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.
12. Anak usia 6 tahun:
• ketangkasan meningkat
• melompat tali
• bermain sepeda
• menguraikan objek-objek dengan gambar
• mengetahui kanan dan kiri
• memperlihatkan tempertantrum
• mungkin menentang dan tidak sopan
13. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
14. Anak usia 6-7 tahun :
• membaca seperti mesin
• mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
• membaca waktu untuk seperempat jam
• anak wanita bermain dengan wanita
• anak laki-laki bermain dengan laki-laki
• cemas terhadap kegagalan
• kadang malu atau sedih
• peningkatan minat pada bidang spiritual
15. Anak usia 8-9 tahun:
• kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
• menggunakan alat-alat seperti palu
• peralatan rumah tangga
• ketrampilan lebih individual
• ingin terlibat dalam segala sesuatu
• menyukai kelompok dan mode
• mencari teman secara aktif
16. Anak usia 10-12 tahun:
• pertambahan tinggi badan lambat
• pertambahan berat badan cepat
• perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
• mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
• memasak, menggergaji, mengecat
• menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
• membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
• teman sebaya dan orang tua penting \
• mulai tertarik dengan lawan jenis
• sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
17. Remaja (12-18/20 tahun)
• Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi
• Mencoba nilai-nilai yang berlaku
• Pertambahan maksimum pada tinggi,berat badan
• Stres meningkat terutama saat terjadi konflik
• Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
• Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan
seksual mulai terlihat
• menyesuaikan diri dengan standar kelompok
• anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara tentang pakaian,
make-up
• hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari orang
tua
• takut ditolak oleh teman sebaya
• Pada akhir masa remaja : mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas seksual
terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu
penting, emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap.
7.Dewasa muda (20-40 tahun)
• Gaya hidup personal berkembang.
• Membina hubungan dengan orang lain
• Ada komitmen dan kompetensi
•Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
• Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional
meningkat
•Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat.
8. Dewasa menengah (40-65 tahun)
• Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak
meninggalkan rumah
•Anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
• Dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada muka, dan
lain-lain
• waktu untuk bersama lebih banyak
• Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi
(dangerous age).
9. Dewasa tua
a. Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa pensiun (penurunan
penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang penyakit kronik.
b. Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi terhadap penurunan
kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensori dan peningkatan ketergantungan
terhadap orang lain.
c. Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.
2.2.2 Masalah yang Sering Terjadi pada Tahap Tumbuh Kembang
1. Masalah pada anak-anak dari sejak lahir sampai usia 5 tahun.
• Sindroma Down
• Kerdil
• Autis
• Gangguan perkembangan bicara
2. Masalah utama anak usia sekolah dan remaja
• Penyesuaian diri di sekolah
• Bentuk tulang belakang yang abnormal
• Penyalahgunaan obat/substansi
3. Masalah pada usia pertengahan orang dewasa
• Diabetes
• Cacat fisik tubuh
• Osteoporosis
4. Masalah utama pada manula
• Kerusakan penglihatan
• Kerusakan pendengaran
2.2.3 Tugas Keluarga Sesuai dengan Tumbuh Kembang
No Tahap Perkembangan Tugas perkembangan
1 Keluarga pemula
a. membangun perkawinan yang saling memuaskan
b. menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis
c. keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua
2 Keluarga sedang mengasuh anak
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek nenek
3 Keluarga dengan anak usia prasekolah
a.Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan
b.Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak
yang lain
d.Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
4 Keluarga dengan anak usia sekolah
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5 Keluarga dengan anak remaja
a. Mengembangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
6 Keluarga melepaskan anak dewasa muda
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri
7 Orangtua usia pertengahan
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
8 Keluarga lansia
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga
b. umur
c. alamat dan telepon
d. Pekerjaan kepala keluarga
e. Pendidikan kepala keluarga
f. Komposisi keluarga dan genogram :
Nama / inisial
Jenis Kelamin
Tanggal lahir/umur
Hubungan dengan kepala keluarga
Pendidikan
Pekerjaan
g. Tipe keluarga
h. Latar belakang budaya
i. Identifikasi religious
j. Status ekonomi
k. Aktifitas rekreasi/waktu luang
2. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Mobilitas geografis keluarga
c. Hubungan keluarga dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga.
3. Struktur keluarga.
a. Pola komunikasi keluarga.
b. Sruktur Kekuatan keluarga.
c. Struktur Peran.
4. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif.
b. Fungsi Sosialisasi.
c. Fungsi ekonumi.
5. Stres dan koping keluarga.
a. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
b. Strategi koping yang diigunakan.
6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
Tahap perkembangan keluarga saat ini Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuaii dengan tahap perkembangan saat ini.
Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini.
Riwayat keluarga sebelumnya.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.Resiko terjadi cidera pada keluarga Bapak S khususnya Bapak S
berhubungan dengan defisit sensori atau motorik.
2. Cemas pada keluarga ( ibu ) berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang gangguan perkembangan bicara yang dialami anaknya.
3.Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses osteoporosis dan program
Terapi
4. Kerusakan Interaksi Sosial pada keluarga Berhubungan Dengan
Gangguan konsep diri pada anak autis.
1. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor finansial yang dibutuhkan dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal.
3.3 Intervensi
1.Diagnosa 1: Resiko terjadi cidera pada keluarga Bapak S khususnya Bapak S berhubungan dengan defisit sensori atau motorik.
Tujuan : Mencegah dan mengurangi resiko cedera
Kritera hasil :
Lansia dapat :
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko cidera
Menyebutkan tujuan menggunakan tindakan keamanan untuk mencegah cidera
Mempraktekan tindakan pencegahan cidera terpilih
Intervensi :
Kaji adanya faktor-faktor penyebab atau pendukung
Gangguan penglihatan
Pendengaran berkurang
Sensitivitas sentuhan berkurang
Hipotensi ortostatik
Gaya berjalan tidak stabil
Efek samping obat
Faktor dari lingkungan yang berbahaya
Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau pendukung, jika mungkin Gangguan penglihatan : beri penerangan cukup, Beritahu cara mengurangi silau, beri warna kontras yang sesuai untuk membedakan pandangan dan menghindari percampuran warna abu-abu dan biru.
Gangguan pendengaran : gunakan alat bantu dengar jika memungkinkan
Gaya berjalan yang tidak stabil : ajarkan alat bantu berjalan
Efek samping obat : kaji efek samping obat yang mengakibatkan gangguan keseimbangan saat berjalan
Faktor-faktor lingkungan yang berbahaya : jaga lantai rumah-kamar mandi agar tidak licin, menata perabot untuk memudahkan berjalan, beri pegangan pada dinding-kamar mandi untuk membantu berjalan, memodifikasi kamar mandi-WC dengan jenis pancuran dan WC duduk.
2. Diagnosa 2 : Cemas pada keluarga ( ibu ) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gangguan perkembangan bicara yang dialami anaknya.
Tujuan : Dalam waktu 1 jam, orang tua ( ibu ) dapat menerima keadaan putranya.
Kriteria : Ibu tidak tampak cemas, ibu dapat menguraikan hal-hal yang positip yang dapat dikembangkan yang berkaitan dengan keadaan anaknya seperti mau melatih anaknya dirumah, mengajak anak bermain, setuju untuk melakukan suatu pemeriksaan yang lengkap yang dianjurkan pihak medis dalam penanganan masalah kemampuan bicara anaknya
Intervensi :
a. Terangkan bahwa anak mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan dapat di perbaiki secara maksimal dalam batas waktu tertentu dengan usaha yang keras.
R/ Peningkatan pemahaman dan kesadaran orangtua untuk bisa menerima keadaan anaknya dan menggali koping yang positip terhadap kemampuan yang ada pada anaknya.
b.Dorong keluarga untuk mau melakukan pemeriksan yang lengkap terhadap gangguan perkembangan bicara yang di alami anaknya
R/ Membantu di dalam proses penegakan penyebab gangguan yang lebih pasti dan mempercepat proses penanganan yang lebih cepat dan tepat.
c. Support keluarga dalam melakukan stimulasi pada anak
R/ : Meningkatkan harapan dan kemauan keluarga dalam melakukan stimulasi.
d. Kuatkan koping keluarga dalam menerima kondisi anak.
R/ Meningkatkan penerimaan keluarga terhadap kondisi anak.
3. Diagnosa 3 : Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses osteoporosis dan program terapi.
d. Tujuan : pasien dan keluarga dapat meliputi pengetahuan mengenai
e. osteoporosis dan program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikan pengosongan usus dan tidak ada fraktur tambahan.
Intervensi :
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
5. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5. Anjurkan pada untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
7.Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
8. Kasur harus padat dan tidak lentur.
9. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
10. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
11. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan
memuntir.
12. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien
dibantu turun dari tempat tidur,
13. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara
14. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk
memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
15. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang
tubuh.
16. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
17. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.
18. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di
bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh
menghasilkan vitamin D.
4. Diagnosa 4 : Kerusakan Interaksi Sosial pada keluarga Berhubungan Dengan Gangguan
konsep diri pada anak autis.
Kriteria hasil :
adanya sifat responsif terhadap atau minat pada orang-orang,, kepercayaan pada seorang pemberi perawatan, kontak mata dan sifat responsif pada wajah, adanya kemampuan untuk mengembangkan kerjasama dalam bermain dan persahabatan dengan teman sebaya.
Tujuan
Pasien akan memulai interaksi-interaksi sosial (fisik, verbal, nonverbal dengan pemberian perawatan saat pulang.
Intervensi dengan Rasional Tertentu
1. Berfungsi dalam hubungan satu per satu dengan anak. Interaksi staf dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan.
2.Berikan anak benda-benda yang dikenal (mis., mainan-mainan kesukaan, selimut).
Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman bila anak mersa
distres.
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika pasien berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Karakteristik-karakteristik ini meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling mempercayai.
4. Lakukan dengan perlahan. Jangan memaksakan melakukan interaksi-interaksi. Mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata. Perkenalkan secara berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman, pelukan. Pasien autistik dapat merasa terancam oleh suatu rangsangan yang gencar pada pasien tidak terbiasa.
5. Dengan kehadiran Anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain di lingkungannya. Kehadiran seseorang yang telah terbentuk hubungan saling percaya, memberikan rasa aman.
6. Diagnosa 5 : Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor finansial yang dibutuhkan dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal.
Intervensi :
• Berikan nutrisi yang memadai
• Anjurkan orang tua untuk memeriksakan pendengaran dan penglihatan secara rutin
• Gali pengertian orang tua mengenai syndrom down
• Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkunga yang memadai pada anak
• Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-
hari.
3.4 Implementasi
Dx 2 : Cemas pada keluarga ( ibu ) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gangguan perkembangan bicara yang dialami anaknya.
1. Melatih anak untuk mengucapkan kata sederhana ( “mama” “papa” ).
2. Menganjurkan ibu untuk selalu melatih anak bicara dan memancing anak untuk
3. menyebut benda atau warna yang diinginkan.
4.. Mendiskusikan upaya orang tua melatih anak berkomunikasi : ibu selalu mengajarkan
anak menyebut benda di rumah.
5.Menyarankan ibu untuk sabar dan rajin dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan
terhadap anaknya.
Dx 3 : Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses osteoporosis dan program terapi.
1. Memberikan diet atau suplemen kalsium yang memadai
2.Memberikan pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat
3. Melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat
otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
3.5 Evaluasi
Dx 2 : Cemas pada keluarga ( ibu ) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gangguan
perkembangan bicara yang dialami anaknya.
• Dorong orang tua untuk terus melatih anaknya dirumah baik secara verbal atau dengan
alternatif lain seperti menggambar, menulis pesan di kertas dengan mudah di mengerti
• Ibu mengungkapkan mengerti keadaan anaknya, ibu mengungkapkan akan selalu melatih
kemampuan bicara anaknya
• Ibu tampak tenang.
• Ibu mulai menerima dan mengerti apa yang harus dilakukan demi perkembangan anaknya.
• Anjurkan ibu untuk tetap sabar di dalam penanganan anaknya.
Dx 3 : Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses osteoporosis dan program terapi.
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.
o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
o Meningkatkan tingkat latihan
o Gunakan terapi hormon yang diresepkan
o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran
2. Mendapatkan peredaan nyeri
o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari
o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur
3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
o Bising usus aktif
o Gerakan usus teratur
4. Tidak mengalami fraktur baru
o Mempertahankan postur yang bagus
o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)
o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
o Menciptakan lingkungan rumah yang aman
o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
Dx 5 : Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor finansial yang
dibutuhkan dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal.
1. Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan pada anak Anak sehingga anak mendapat nutrisi yang cukup dan adekuat
2. Pendengaran dan penglihatan anak dapat terdeteksi sejak dini dan dapat dievaluasi
secara rutin
3. Keluarga turut serta aktif dalam perawatan anak syndrom down dengan baik
4. Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat
5. menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan .Pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah tertib dan teratur, proses yang dapat diprediksi dari embriyo dan berlanjut sampai meninggal.
Masalah yang sering terjadi dalam tumbuh kembang meliputi; Gangguan bicara pada anak-anak, autis pada anak, kenakalan remaja, osteoporosis pda dewasa dan gangguan pnglihatan dan pendengaran pada lansia.
4.2 Saran
Lakukan hal yang terbaik buat keluarga kita, jika ada yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya, berilah support sehingga dia tidak merasa kecil hati.
DAFTAR PUSTAKA
Wiyono. Joko, ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA, Buntara Media, 2005.
Stanhope. Marcia, PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar