kumpulan makalanh, artikel dalam berbagi kesehatan.blogspot

Minggu, 21 November 2010

Minggu, 06 Juni 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
a. Virus dengue sejenis arbovirus.
b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
4. Tanda dan gejala
a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
e. Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
9. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
10. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ;
a. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
b. Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
c. Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah
d. Pemberian obat kimia
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
e. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya
f. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri
g. Selalu ingin tahu alasan tindakan
h. Berusaha independen dan produktif
Reaksi orang tua
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.
B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
2. Diagnosa keperawatan .
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
3. Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :
a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
Tujuan :
Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Kaji KU dan kondisi pasien
2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3) Observasi tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5) Balance cairan (input dan out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan
Hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil
Suhu tubuh kembali normal
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per hari
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil
Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi
1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan
Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
Kriteria hasil
Klien mengerti tentang proses penyakit DHF
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.
Tujuan
Perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil
Trombosit dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Tujuan
Shock hipovolemik dapat teratasi
Kriteria hasil
Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.
Intervensi
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.
4. Evaluasi.
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.
c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
e. Pengetahuan keluarga bertambah.
f. Shock hopovolemik teratasi
APBI : 2004

ASKEP cidera kepala

Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan ( accelerasi – decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Prinsip – prinsip pada trauma kepala:
Ø Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elatisitas untuk mengatasi adanya pukulan.
Ø Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur
Ø Berat/ringannya cedera tergantung pada:
1. Lokasi yang terpengaruh:
• Cedera kulit
• Cedera jaringan tulang
• Cedera jaringan otak
2. Keadaan kepala saat terjadi benturan
Ø Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ( TIK )
Ø TIK dipertahankan oleh 3 komponen:
1. Volume darah / pembuluh darah ( ± 75 – 150 ml )
2. Volume jaringan otak ( ± 1200 – 1400 ml )
3. Volume LCS ( ± 75 – 150 ml )
Masalah yang timbul dari trauma kepala:
b. Tipe Trauma Kepala
Tipe/macam-macam trauma kepala antara lain:
Trauma kepala terbuka
Kerusakan otak dpat terjadi bila tulang tengkorak mauk ke dalam jaringan otak dan melukai:
Ø Merobek durameter ® LCS merembes
Ø Saraf otak
Ø Jaringan otak
Gejala fraktur basis:
Ø Battle sign
Ø Hemotympanum
Ø Periorbital echymosis
Ø Rhinorrhoe
Ø Orthorrhoe
Ø Brill hematom
Trauma kepala tertutup
a Komosio
• Cidera kepala ringan.
• Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.
• Hilang kesadaran sementara, kurang dari 10 – 20 menit.
• Tanpa kerusakan otak permanen.
• Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.
• Disorientasi sementara.
• Tidak ada gejala sisa.
• MRS kurang 48 jam ® kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-tanda vital.
• Tidak ada terapi khusus.
• Istirahat mutlak ® setelah keluhan hilang coba mobiliasi brtahap, duduk ® berdiri ® pulang.
• Setelah pulang ® kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.
b Kontosio
• Ada memar otak.
• Perdarahan kecil lokal/difusi ® gangguan lokal ® perdarahan.
• Gejala :
- Gangguan kesadaran lebih lama
- Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi.
- Gejala TIK meningkat.
- Amnesia retrograd lebih nyata
c Hematom epidural
• Perdarahan antara tulang tengkorak dan durameter.
• Lokasi terering temporal dan frontal.
• Kategori talk and die.
• Sumber: pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus
• Gejala: manifestasinya adanya desak ruang
Penurunan kesadaran ringan saat kejadian ® periode Lucid (beberapa menit – beberapa jam ) ® penurunan kesadaran hebat ® koma, serebrasi, dekortisasi, pupil dan isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positif.
d. Hematom subdural
• Perdarahan antara durameter dan archnoid.
• Biasanya pecah vena ® akut, subakut, kronis.
• Akut :
- Gejala 24 – 48 jam
- Sering brhubungan dengan cidera otak dan medulla oblongata.
- PTIK meningkat
- Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.
• Sub akut
Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejala TIK meningkat ® kesadaran menurun.
• Kronis :
- Ringan, 2 minggu 3-4 bulan
- Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
- Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfgia.
e Hematom Intrakranial
• Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih
• Selalu diikuti oleh kontosio
• Penyebab: Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi – deselerasi mendadak.
Herniasi ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema local.
Karena adanya kompresi langsung pada batang otak → gejala pernapasan abnormal :
Chyne stokes
Hiperventilasi
Apneu
2. Sistem Kardiovaskuler
Trauma kepala → perubahn fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tekanan vaskuler.
Perubahan saraf otonom pada fungsi ventrikel : Disritmia, Fibrilasi, Takikardia.
Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis → terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel → curah jantung menurun → meningkatklan thanan ventrikel kiri → edema paru.
3. Sistem Metabolisme
Trauma kepala → cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah Nitrogen.
Dalam kedaan stress fisiologis.
2.3 Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan Oksigen dan Glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebal blood flow (CBF) adalah 50–60 ml/menit/100gr jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua:
1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acclerasi-decelerasi otak) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi:
• Gegar kepala ringan
• Memar otak
• Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti:
• Hipotensi sistemik
• Hipoksia
• Hiperkapnea
• Udema otak
• Komplikai pernapasan
• Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
2.4 Gejala klinis
1. Jika klien sadar ® sakit kepala berat
2. Muntah proyektil
3. Papil edema
4. Kesadaran makin menurun
5. Perubahan tipe kesadaran
6. Tekanan darah menurun, bradikardia
7. Anisokor
8. Suhu tubuh yng sulit dikendalikan.
2.5 Penatalaksanaan
Observasi dan pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah, gelisah, cenderung untuk tidur
2. TTV : Suhu, nadi, tensi, RR, GCS
3. Body of system
a. Pernafasan ( B1 : Breathing )
Hidung : Kebersihan
Dada : Bentuk simetris kanan kiri, retraksi otot bantu pernafasan, ronchi
di seluruh lapangan paru, batuk produktif, irama pernafasan, nafas dangkal.
Inspeksi : Inspirasi dan ekspirasi pernafasan, frekuensi, irama, gerakan cuping hidung, terdengar suara nafas tambahan bentuk dada, batuk
Palpasi : Pergerakan asimetris kanan dan kiri, taktil fremitus raba sama antara kanan dan kiri dinding dada
Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas paru dan hepar.
Auskultasi : Terdengar adanya suara vesikuler di kedua lapisan paru, suara ronchi dan weezing.
b. Kardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut jantung pada ictus cordis 1 cm lateral medial ( 5 ) Pulsasi jantung tampak..
Palpasi : Frekuensi nadi/HR, tekanan darah, suhu, perfusi dingin, berkeringat
Perkusi : Suara pekak
Auskultasi : Irama reguler, sistole/murmur, bendungan vena jugularis, oedema
c. Persyarafan ( B3 : Brain ) Kesadaran, GCS
Kepala : Bentuk ovale, wajah tampak mioring ke sisi kanan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak icteric, pupil isokor, gerakan bola mata mampu mengikuti perintah.
Mulut : Kesulitan menelan, kebersihan penumpukan ludah dan lendir, bibir tampak kering, terdapat afasia.
Leher : Tampak pada daerah leher tidak terdapat pembesaran pada leher, tidak tampak perbesaran vena jugularis, tidak terdapat kaku kuduk.
d. Perkemihan-eliminasi urine ( B4 : Bledder )
Inspeksi : Jumlah urine, warna urine, gangguan perkemihan tidak ada, pemeriksaan genitalia eksternal, jamur, ulkus, lesi dan keganasan.
Palpasi : Pembesaran kelenjar inguinalis, nyeri tekan.
Perkusi : Nyeri pada perkusi pada daerah ginjal.
e. Pencernaan-eliminasi alvi ( B5 : Bowel )
Inspeksi : Mulut dan tenggorokan tampak kering, abdomen normal tidak ada kelainan, keluhan nyeri, gangguan pencernaan ada, kembung kadang-kadang, terdapat diare, buang air besar perhari.
Palpasi : Hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba, anoreksia, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Suara timpani pada abdomen, kembung ada suara pekak pada daerah hepar.
Auskultasi : Peristaltik lebih cepat.
Abdomen : Tidak terdapat asites, turgor menurun, peristaltik ususnormal.
Rektum : Rectal to see
f. Tulang-otot-integumen ( B6 : Bone )
Kemapuan pergerakan sendi : Kesakitan pada kaki saat gerak pasif, droop foot, kelemahan otot pada ekstrimitas atas dan bawah.
Kulit : Warna kulit, tidak terdapat luka dekubitus, turgor baik, akral kulit.
Pola aktivitas sehari-hari
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat; kebiasaan merokok, riwayat peminum alkohol, kesibukan, olah raga.
Pola nutrisi dan metabolisme; makan teratur, minum perhari, kesulitan menelan, diet khusus, BB, postur tubuh, tinggi badan.
Pola eliminasi; BAB dengan jumlah feses, warna feses dan khas, BAK dengan jumlah urine, warna urine dengan kejernihan, pada eliminasi alvi, relative tidak ada gangguan buang air.
Pola tidur dan istirahat; kebiasaan sehari-hari tidur dengan suasana tenang
Pola aktivitas dan latihan; aktivitas sehari-hari bekerja
Pola hubungan dan peran; hubungan dengan orang lain dan keluarga, kooperatif dengan sesamanya.
Pola sensori dan kognitif; mampu melihat dan mendengar serta meraba, disorientasi, reflek.
Pola persepsi dan konsep diri; melakukan kebiasaan bekerja terlalu keras, senang ngobrol dan berkumpul.
Pola seksual dan reproduksi
Pola mekanisme/pola penanggulangan stres dan koping; keluhan tentang penyakit.
Pola tata nilai dan kepercayaan; adnya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh.
Personal higiene; kebiasaan mandi/hari, gosok gigi/hari, dan cuci rambut/minggu.
Ketergantungan; ketergantungan terhadap orang lain terutama keluarga.
Aspek psikologis; cemas akan penyakit, merasa terasing,dan sedikit stres.
Aspek sosial/interaksi; hubungan antar keluarga, teman kerja, maupun masyarakat disekitar tempat tinggal.
Aspek spiritual; ajaran agama, dijalankan setiap saat, mengukui kegiatan agama, pemenuhan kebutuhan spiritualnya.
Pemeriksaan Diagnostik:
CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Prioritas perawatan:
1. Memaksimalkan perfusi/fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal/mengembalikan ke fungsi normal.
4. Mendukung proses pemulihan koping klien/keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)
2. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan transmisi dan/atau integrasi (trauma atau defisit neurologis).
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis; konflik psikologis.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring, imobilisasi.
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS)
7. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi dan krisis situasional. Ketidak pastian tentang hasil/harapan.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, tidak mengenal informasi. Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)
Tujuan:
Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi motorik/sensorik.
Kriteria hasil:
Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Rencana Tindakan :
1. Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK.
2. Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS.
3. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya.
4. Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu.
5. Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
6. Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti lingkungan yang tenang.
7. Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah, mengejan.
8. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajad sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.
9. Batasi pemberian cairan sesuai indikasi.
10. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
11. Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik, steroid, antikonvulsan, analgetik, sedatif, antipiretik.
2) Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.
Tujuan:
• mempertahankan pola pernapasan efektif.
Kriteria evaluasi:
• bebas sianosis, GDA dalam batas normal
Rencana tindakan :
1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan pernapasan.
2. Pantau dan catat kompetensi reflek gag/menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan napas sendiri. Pasang jalan napas sesuai indikasi.
3. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miirng sesuai indikasi.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif bila pasien sadar.
5. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter, warna dan kekeruhan dari sekret.
6. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara tambahan yang tidak normal misal: ronkhi, wheezing, krekel.
7. Pantau analisa gas darah, tekanan oksimetri
8. Lakukan rontgen thoraks ulang.
9. Berikan oksigenasi.
10. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS)
Tujuan:
Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda infeksi.
Kriteria evaluasi:
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan :
1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik.
2. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi, catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi.
3. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil, diaforesis dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
4. Anjurkan untuk melakukan napas dalam, latihan pengeluaran sekret paru secara terus menerus. Observasi karakteristik sputum.
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi
4) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring, imobilisasi.
Tujuan :Klien merasa nyaman.
Kriteria hasil :
Klien akan melaporkan peningkatan kekuatan/ tahanan dan menyebutkan makanan yang harus dihindari.
Rencana tindakan :
1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat diatas abdomen.
R/ tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi tenaga selama perawatan dan saat klien lemah.
2. Singkirkan pemandangan yang tidak menyenagkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.
R/ pemandangan yang tidak menyenagkan atau bau yang tidak sedap merangsang pusat muntah.
3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal :teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30-60 ml tiap ½ -2 jam.
R/ cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan terdesak area gastrik dan dengan demikian tidak memperberat gejala.
4. Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :
Cairan yang panas dan dingin
Makanan yang mengandung serat dan lemak (misal; susu, buah)
Kafein
R/ Cairan yang dingin merangsang kram abdomen; cairan panas merangsang peristaltik; lemak juga merangsang peristaltik dan kafein merangsang motilitas usus.
5. Lindungi area perianal dari iritasi
R/ sering BAB dengan penigkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.
5) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.
Tujuan :
• Intake nutrisi meningkat.
• Keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Berat badan stabil.
• Torgor kulit dan membran mukosa membaik.
• Membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi diberikan per oral.
• Keluarga mampu menyebutkan pantangan yang tidak boleh dimakan, yaitu makan rendah garam dan rendah lemak.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengatakan kondisinya sudah mulai membaik dan tidak lemas lagi. Klien diberikan rentang skala (1-10).
1. Mengkaji keadaan nutrisi untuk mengetahui intake nutrisi klien.
2. Kaji faktor penyebab perubahan nutrisi (klien tidak nafsu makan, klien kurang makan makanan yang bergizi, keadaan klien lemah dan banyak mengeluarkan keringat).
3. Kolaborasi dengan tim gizi tentang pemberian mekanan yang sesuai dengan program diet (rendah garam dan rendah lemak).
4. Membantu keluarga dalam memberikan asupan makanan peroral dan menyarankan klien untuk menghindari makanan yang berpantangan dengan penyakitnya.
5. Membantu memberikan vitamin dan mineral sesuai program.
6. Kolaborasi dengan Tim dokter dalam pemberian Transfusi Infus RD 5% 1500 cc/24 jam dan NaCl.
Related Source :

asuhan keperawatan cedera kepala trauma capitis
a. Definisi Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
panduan asuhan keperawatan askep
Panduan Asuhan Keperawatan ASKEP eBook Tutorial Download Buku Panduan Lengkap untuk akademi keperawatan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala (Trauma Capitis)
catatanperawat
Asuhan Keperawatan Cedera Kepala (Trauma Capitis) Asuhan Keperawatan Ketoacidosis Tags: askep cedera kepala, askep trauma capitis, asuhan keperawatan cedera kepala, asuhan
askep kebutuhan aktivitas pada cedera kepala info results
Asuhan keperawatan askep pada klien dengan hnp hernia nukleus purposus Asuhan Keperawatan Cedera Kepala (Trauma Capitis) | catatanperawat.tk
gangguan medikal bedah penatalaksanaan trauma thorak
Gangguan Medikal Bedah, Trauma Thorax, EKG, WSD, Cedera Kepala, Stroke Hemoragik, Hipertensi, Benigna Prostat ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA. ASKEP ENSEFALITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HAID

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Haid

A. FISIOLOGI HAID
Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid normal atau yang dianggap klasik adalah 28 hari. Panjang siklus dipengaruhi usia, rata- rata pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, wanita 43 tahun 27,1 dan wanita 55 tahun 51,9 hari. Lama haid biasanya 3- 5 hari dengan jumlah darah 33,2 + 16 cc.
Siklus haid dapat dipahami dengan membaginya menjadi fase folikuler, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan- perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara estrogen dan gonadotropin. Tempat utama umpan balik ini mungkin pada hipotalamus. Pada fase folikuler beberapa folikel berkembang karena pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH karena regresi korpus luteum sehingga estrogen berkurang. Dengan berkembangnya folikel, estrogen meningkat dan LH juga meningkat yang pada pertengahan siklus mengakibatkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi terjadi fase luteal dimana sel- sel granulosa membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning, folikel menjadi korpus luteum. Pada korpus luteum diproduksi estrogen dan progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, setelah 8 hari korpos luteum berdegenerasi dan setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus albikan.
Mekanisme haid belum sepenuhnya diketahui, selain faktor hormonal ada beberapa faktor yang memegang peranan yaitu :
• Faktor- faktor enzim
Pada fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim hidrolitik dalam endometrium serta merangsang pembentukan glikogen dan asam mukopolisakarida. Zat ini berperan dalam pembangunan endometrium khususnya pembentukan stroma. Pada fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti dengan akibat mempertinggi permiabilitas pembuluh darah yang mana ini akan meningkatkan aliran zat makanan ke stroma endometrium sebagai persiapan implantasi ovum. Jika kehamilan tidak terjadi, enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel- sel yang berperan dalam sintesa protein yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
• Faktor- faktor vaskular
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena dan sambungannya dengan arteri, nekrotis dan perdarahan
• Faktor prostaglandin
Endometrium banyak mengandung prostaglandin E2 dan F2, yang bila terjadi disintegrasi endometrium ini akan terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium





Kompartimen – kompartimen yang berperan dalam haid
B. GANGGUAN HAID
Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan :
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan
a. Hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
a. Premenstrual tension
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea

Hipermenorea
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (> 8 hari). Penyebabnya adalah kelainan dalam uterus seperti mioma uteri, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium.
Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya pada konstitusi penderita, pada uterus (miomektomi), gangguan endokrin.
Polimenorea
Pada polimenorea, siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang menyebabkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal, sebab lain ialah kongesti ovarium.

Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Oligo dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
Amenorea
Adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut- turut. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid. Umumnya mempunyai sebab- sebab yang sulit diketahui seperti kelainan kongenital dan genetik. Pada amenorea sekunder, penderita pernah mendapat haid tapi kemudian tidak lagi. Sebabnya seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dll.
a. Penyebab amenorea dapat di klasifikasikan mencakup :
1. Gangguan organik pusat
• Tumor
• Radang
• Destruksi
2. Gangguan kejiwaan
• Syok emosional
• Psikosis
• Anoreksia nervosa
3. Gangguan poros hipotalamus – hipofisis
• Sindrom amenorea galaktorea
• Amenorea hipotalamik
4. Gangguan hipofisis
• Tumor (adenoma basofil, asidofil, kromofob)
5. Gangguan Gonad
• Kongenital (sindrom Turner)
• Menopause prematur
• The insensitive ovary
• Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang
6. Gangguan glandula suprarenalis
• Sindrom adrenogenital
7. Gangguan pankreas
• DM
8. Gangguan uterus, vagina
• Aplasia dan hipoplasia uteri
• Sindrom Asherman
• Endometritis tuberkulosa
• Histerektomi
• Aplasia vaginae
9. Penyakit – penyakit umum
• Penyakit umum
• Gangguan gizi
• Obesitas

b. Diagnosis
Ada jenis amenore yang memerlukan pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana.
1. Anamnesis
Harus diketahui apakah amenore primer atau sekunder, selanjutnya apakah ada hubungannya dengan faktor emosional, kemungkinan kehamilan, penderita menderita penyakit akut atau menahun, apakah ada gejala penyakit metabolik.
2. Pemeriksaan umum
Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.


3. Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium dll.
4. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat dilakukan pemeriksaan :
• Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
• Sitologi vagina
• Tes toleransi glukosa
• Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
• Kerokan uterus
• Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
• Laparoskopi
• Pemeriksaan kromatin seks
• Pemeriksaan kadar hormon
c. Penanganan
Amenorea sendiri tidak memerlukan terapi tapi bagi penderita wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas atau sangat terganggu oleh tidak datangnya haid akan memerlukan penanganan. Terapi umum dilakukan dengan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk gizi, kehidupan dalam lingkungan sehat dan tenang. Pengurangan BB pada obesitas.
Terapi yang penting bila pada pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan mencolok adalah dengan pemberian hormon gonadotropin yang berasal dari hipofise dan pemberian klomifen

Perdarahan Bukan Haid
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Penyebabnya dapat karena kelainan organik alat genital atau oleh kelainan fungsional. Sebab organik seperti kelainan pada serviks, abortus, KET, radang tuba, radang atau tumor ovarium.
Dismenorea
a. Pengertian
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan seringkali disertai mual, maka istilah dismenorea dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa wanita untuk istirahat, meninggalkan pekerjaannya atau cara hidupnya sehari- hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea dibagi atas primer dan sekunder. Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis, endometritis dll. Sedangkan dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat genital yang nyata. Dismenore ini terjadi beberapa waktu setelah menarce oleh karena siklus haid pada bulan- bulan pertama bersifat anovolatoar. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit, terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke pinggang dan paha, dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, iritabilitas, dll.
b. Etiologi
Belum jelas, beberapa faktor yang berperan adalah :
1. Kejiwaan
2. Faktor konstitusi seperti anemia, penyakit menahun
3. Obstruksi kanalis servikalis
4. Faktor endokrin
5. Prostaglandin F2
Penjelasan ini diberikan oleh Clitheroe dan Pickles dimana pada endometrium fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot polos, jika prostaglandin ini dilepaskan ke darah dapat terjadi juga diare, muntah, flushing.
6. Faktor alergi
c. Penanganan
1. Penerangan dan nasehat
Dijelaskan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Diberikan penjelasan dan diskusi tentang cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Makanan sehat, istirahat yang cukup serta olah raga mungkin berguna, kadang- kadang diperlukan psikoterapi.
2. Pemberian analgetik
Sebagai terapi simptomatik, jika nyeri berat diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah.
3. Terapi hormonal
Tujuannya adalah menekan ovulasi, bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan ini bersifat primer.
4. Terapi dengan nonsteroid antiprostaglandin
5. Dilatasi kanalis servikalis

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklis menstruasi
b. Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual
c. Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkan
d. Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau tidak, banyak atau sedikit.
e. Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumor
f. Persepsi wanita tentang budaya dan etnik
g. Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan amenorea hipoganadotropi
h. Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasi
i. Nyeri : lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas, pola, gejala penyerta, serta koping terhadap nyeri
j. Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak ada kekuatan, merasa tidak berguna.
2. WOC GANGGUAN MENSTRUASI (AMENOREA SEKUNDER)



3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
DS : klien mengeluh nyeri di daerah punggung, dareah simpisis, paha, kepala,nyeri tekan pada payudara, pusing.
DO : keringat banyak, klien memegang daerah yang sakit, menangis.
b. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
DS : klien dan keluarga mengatakan belum pernah mendengar tentang gangguan menstruasi.
DO: klien dan keluarga sering bertanya, tidak menggunakan tehnik mengurangi nyeri, tidak bisa menjelaskan tentang gangguan yang dialaminya.
c. Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
DS: klien mengatakan malu, tidak berguna, merasa bersalah, merasa tidak ada kekuatan.
DO: klien tidak mengurus diri, penampilan tidak diperhatikan, sering membicarakan penyakitnya, tampak putus asa.

4. PERENCANAAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.


Intervensi;
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien. R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
c. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
d. Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
e. Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
f. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g. Lakukan kompres/mandi air panas.
R/ meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.
h. Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
i. Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.

b. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penanganannya berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan mengetahui tentang gangguan menstruasi
Kriteria evaluasi: klien menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejalanya ,serta penanganannya, menjelaskan menstruasi yang normal.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi,penyebab, gejala dan penanganannya.
R/mengidentifikasi luasnya masalah klien dan perlunya intervensi.
b. Jelaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala, dan penanganannya.
R/dengan memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.
c. Jelaskan metode-metode untuk mengurangi nyeri
R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penanganan nyeri secara non farmakologis.
d. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
R/meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.
c. Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.

Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
R/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
c. Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa diterima.
d. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai aspek positif.
R/ mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada karakteristik positif yang mendukung keseluruhan konsep diri.
e. Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
f. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.


5. IMPLEMENTASI
Implementasi diberikan sesuai rencana intervensi. Penyuluhan dibuatkan SAP dengan metode, alat peraga atau media yang memadai seperti demonstrasi, leflet, LCD.
6. EVALUASI
Evaluasi berdasarkan criteria yang sudah disebutkan pada masing-masing diagnosa keperawatan.

asuhan abortus iminens

reZA ________________________________________________________________
asuhan abortus iminens
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN
ABORTUS IMINENS DI RSU MARDI WALUYO
TAHUN 2010




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan laporan praktik dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah. Dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN ABORTUS IMINENS DI RUANG BR RSU TIDAR MAGELANG” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas di akademi keperawatan AN-NUR PURWODADI
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1. Dr. Iman Purwadi Selaku Direktur Akademi Keperawatan AN-NUR PURWODADI
2. Nining, AMK Selaku Pembimbing dari RSU Tidar Magelang
3. Sahridawati Rambe, A.Kep Selaku Dosen Pembimbing Materi dan Teknis yang telah mencurahkan segenap pikiran dan waktu selama penulis menyusun KTI
4. Segenap Staff dan Dosen Akper AN-NUR PURWODADI
5. Ny. G dan Keluarga Selaku pasien yang telah bersedia memberikan informasi dan bekerja sama dengan penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan
6. Bapak, Ibu, Kakak dan keluarga tercinta yang banyak memberikan doa dan memberikan dukungan materiil dan spritiual sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
7. Seseorang yang sangat perhatian memberi dukungan dan motivasi dalam melangkah.
8. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan VIII yang telah sukarela membantu penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam bidang kesehatan. Amin

Purwodadi, Juni 2006

Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suatu kehamilan yang berakhir sebelum periode Urabilitas janin yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap 139 hari dihitung dari hari pertama haid berakhir normal yang dapat dipakai (Taber, 1994 : 56). Istilah abortus digunakan untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kelainan pertumbuhan hasil konsepsi kelainan pada plasenta. Penyakit ibu maupun kelainan fraktus genetalis. Sampai saat ini janin terkecil yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan mempunyai berat badan 294 gram. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan kecuali apabila terjadi komplikasi juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala ringan sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15 %.
(Wiknjosastro, 2005 : 302)
Untuk mempergunakan umur kehamilan, untuk menetapkan abortus pada kesulitan dan kelemahannya. Kesulitannya ialah apabila tanggal haid terakhir tidak dapat diketahui lagi misalnya terlupa atau haid tidak teratur, atau kehamilan yang terjadi setelah berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal. Kelemahannya ialah sukar menetapkan kapan kehamilan itu mulai bersemi karena sukar menetapkan ovulasi mengalami fertelisasi dan saat implantansi Blastokista pada disidua, pada haid yang reguler ovulasi terjadi rata-rata 14 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang implantasi blastokista terjadi pada hari ke 5 atau ke 6 setelah fertilisasi atau kira-kira 8 hari sebelum haid yang akan datang.
( Chalic 1997 : 2)
Insidens abortus sulit ditentukan karena kadang-kadang seorang wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil dan ia tidak mempunyai gejala yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang). Terlebih lagi insidens abortus preminalis sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio dari jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA angka kejadian secara nasional berkisar antara 10-20%
(Sastrawinata, 2004 : 2)
Sesuai Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 dilaporkan 6% kehamilan dalam periode 1992-1997 berakhir dengan keguguran, angka keguguran lebih tinggi didaerah perkotaan (7%) daripada pedesaan (5%) secara umum kehamilan yang tidak diinginkan (tidak direncanakan atau tidak diharapakan) telah turun dari 17% (1991-1994) menjadi 14% (1994-1997).
(Surjadi, 2000 : 62)
Angka kejadian abortus pada tahun 2005 di Rumah Sakit Tidar Magelang sebanyak 93 orang. Umur terbanyak pasien yang mengalami abortus yaitu diantara umur 17-19 dengan jumlah pasien 38 orang dengan persentase 40,8% dan urutan kedua berumur diantara 20-24 dengan jumlah pasien 19 orang dengan persentase 20,4% dan urutan ketiga berumur diantara 25-29 dengan jumlah pasien 18 orang dengan presentase 19,3% dan urutan keempat pada umur 30-34 tahun dengan jumlah pasien 10 orang dengan presentase 10,7% dan yang kelima pada umur 35-39 tahun dengan pasien jumlah 5 orang dengan persentase 5,3% dan yeng terakhir umur 40-44 tahun dengan jumlah pasien 3 orang dengan persentase 3,2%.
(Rekam medik RSU Tidar Megelang,2005)

B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian laporan ini adalah
Tujuan umum : Agar penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus iminens
Tujuan khusus :
1. Agar penulis mampu menjelaskan pengertian dari abortus iminens.
2. Agar penulis mampu menyebutkan faktor penyebab terjadinya abortus iminens.
3. Agar penulis mampu melaksanakan pengkajian-pengkajian pada pasien abortus iminens.
4. Agar penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien abortus iminens dengan mengaplikasikan teori model konseptual keperawatan menurut Gordon.
5. Agar penulis mampu menetapkan rencana keperawatan pada pasien dengan abortus iminens dengan mengaplikasikan teori model konseptual keperawatan menurut Gordon.
6. Agar penulis mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan menurut Gordon.
7. Agar penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien abortus iminens dengan mengaplikasikan teori model konseptual menurut Gordon.

C. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan Ny. G dengan abortus iminens diruang Budi Rahayu RSU Tidar Magelang pada tanggal 7 Mei 2006 dengan mengaplikasikan teori model konseptual keperawatan menurut Gordon.

D. RUANG LINGKUP
Dari sekian kasus yang ada dengan abortus iminens yang dirawat diruang BR. RSU Tidar Magelang. Maka penulis membatasi masalah dengan mengambil satu kasus abortus iminens pada Ny.G yang dilakukan pada tanggal 7 Mei 2006 – 10 Mei 2006.

E. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan tentang abortus iminens dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Dapat memperoleh pengalaman yang nyata dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasian abortus iminens yang sesuai kewenangan. Kompentensi dan standart pelayanan keperawatan
c. Penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek tentang abortus iminens
2. Bagi lahan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada penderita dengan abortus iminens pada khususnya
3. Bagi Institusi
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang akan datang.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan mahasiswanya sejauhnya dalam menetapkan asuhan keperawatan pada penderita dengan abortus iminens.
c. Bagi masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang abortus iminens sehingga masyarakat mengerti dan mampu mendeteksi diri tanda dan gejala awal abortus iminens.

Metode Peroleh Data
Didalam menyusun karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara obyektif, metode ini digunakan untuk memecahkan dan menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Metode ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisa data, membuat kesimpulan dan laporan.
(Notoatmodjo, 2005 : 138)
Adapun bentuk pengolahan data :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang di pergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penulis mendapatkan keterangan atau pendirian secara benar dari seseorang sasaran (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.
(Notoatmodjo, 2005 : 102)
2. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil pembuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan suatu prosedur berencana yang antara lain melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang dibelenggu
(Notoatmodjo, 2005 : 93)

Pengamatan meliputi :
a. Beberapa Pemeriksaan Fisik
Yaitu pemeriksaan data tertentu untuk menunjukkan lebih tepatnya observasi yang dilakukan selain dengan panca indera juga memakai instrumen atau pengatur yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi untuk mendapatkan data obyektif.
b. Studi Dokumentasi
Yaitu melihat catatan-catatan medis dari dokter dan hasil pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang.
c. Daftar Pustaka
Semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam menyusun laporan tersebut
(Notoatmodjo, 2005 : 50)
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari : latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : Konsep dasar terdiri dari konsep medis yang berisi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan. Adapun konsep medis yang terdiri dari pengakajian data dasar klinikal pathway dan fokus intervensi
BAB III : Tinjauan kasus yang berisi tentang pengkajian antara data, diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas, rencana interfensi, evaluasi, implentasi, evaluasi perkembangan.
BAB IV : Pembahasan yang berisi tentang pembahasan yang mampu memberikan solusi dengan alasan-alasan yang dapat di pertanggungjawabkan (acaountility dan berorientasi pada problem solving (pemecahan masalah)) dengan argumentasi ilmiah logis terhadap permasalahan yang timbul pada kenyataan lapangangan dengan pandangan secara teoritis.
BAB V : penutup berisi kesimpilan dan saran-saran yag lebih menekankan pada usulan yang sifatnya lebih operasional/aplikatif
Daftar Pustaka dan Lampiran.

BAB II
KONSEP DASAR

A. DEFENISI
ABORTUS adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu.
(Manuaba, 1998 : 214)
ABORTUS adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
(Eastman, 2005 : 209)
ABORTUS adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan yang dapat hidup diluar kandungan mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
(Wiknjosastro, 2005 : 302)
ABORTUS adalah istilah yang diberikan untuk semua kehamilan yang berakhir sebelum periode viabilitas janin yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari) dihitung di hari pertama haid terakhir normal yangdapat dipakai.
(Taber, 1994 :56)
ABORTUS dapat di bagi menjadi :
A. Berdasarkan terjadinya :
1. Keguguran spontan
Terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
2. Keguguran buatan
Sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat diakhiri, upaya menghilangkan hasil konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :
a. Indikasi Medis
Menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu untuk dapat menyelamatkan jiwanya. Indikasi medis tersebut diantaranya :
- penyakit jantung, ginjal atau hati yang berat
- gangguan jiwa ibu
- dijumpai kelainan bawaan berat dengan pemeriksaan ultrasonogrfi
- gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim
b. Indikasi Sosial
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek sosial
- menginginkan jenis kelain tertentu
- Tidak ingin punya anak
- Belum siap untuk hamil
- Kehamilan yang tidak diinginkan
B. Berdasarkan Pelaksanaannya
Berdasarkan pelaku gugur kandung dapat dibagi atau dikelompokkan
1. Keguguran buatan teraupetik
Dilakukan tenaga medis secara legaltis berdasarkan indikasi medis
2. Keguguran buatan ilegal
Dilakukan tanpa dasar hukum atau melawan hukum
C. Berdasarkan gambaran klinisnya gugur kandung dibagi menjadi :
1. Keguguran lengkap (abortus kompletus)
Semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya
2. Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus)
Sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyakit
3. Keguguran mengancam (abortus iminens)
4. Keguguran tak terhalangi
5. Keguguran habitualis
6. Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiolus)
7. Missed abortion
(Manuaba, 1998 : 214)
D. Menurut gambaran klinik abortus dapat dibedakan antara lain :
1. Abortus iminens
Peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu menghasilkan konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi seniks
2. Abortus Insipiens
Peristiwa pendarahaan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih didalam uterus
3. Abortus Inkompletus
Penguluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
4. Abortus Kompletus
Semua hasil konsepsi dikeluarkan dari uterus pada penderita ditemukan pendarahaan sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus sudah banyak mengecil
5. Abortus Servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka sehingga semuanya berkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar kurang lebih bundar dengan dinding menipis
6. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih

7. Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi 2 kali atau lebih berturut-turut
8. Abortus Infeksialis
Abortus yang disertai infeksi pada genetalia
9. Abortus septik
Abortus infeksiolus berat disetai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium
(Wiknjosastro, 2005 : 305)

E. ETIOLOGI
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudiqah.sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan kelainan abortus dapat dibagi sebagai berikut :
A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat, kelinan berat biasanya menyebabkan kematian muduqah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :
a. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliplaidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks

b. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endotrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagian dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi atau lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh itu pada umumnya dinamakan pengaruh teratogen
B. Kelainan pada plasenta
Endoteritis dapat menjadi dalam vilikorialis dan menyebabkan .plasenta tertanggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun
C. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis pielonifritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus, toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin. Sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus
D. Kelainan traktes genetalis
Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan bawaan dapat menyebabkan abortus tetapi harus diangat bahwa hanya retroversio uteri inkarserata atau uterus mioma submukosa yang memegang peranan penting sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks. Dilaktasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit
(Wiknjosastro, 2005 : 203)
F. MANIFESTASI KLINIK
• Terdapat keterlambatan datang bulan
• Terdapat pendarahan disertai perut sakit (mulas)
• Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur hamil dan terjadi kontraksi otot rahim
• Hasil pemeriksaan dalam terdapat pendarahan dari kanalis servikalis masih tertutup dapat dirasakan kontraksi ototr rahim
• Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
(Manuaba, 1998 :128)
G. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan pendarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan, seluruh atau bagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut. Karena kontraksi rahim terjadi pendarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk pendarahan bervariasi diantaranya :sedikit dan berlangsung lama sekaligus dalam jumlah yang besar disertai dengan gumpalan. akibat pendarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, tetapi menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, dampak anemeis dan daerah ujung (akral) dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi. Umur hamil dibawah 14 minggu dimana plasenta belum dibentuk sempurna dikeluarkan atau sebagian hasil konsepsi. Diatas 16 minggu dengan pembentukan plasenta sempurna dapat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta. Berdasarkan proses persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaterus. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu sehingga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembentukan darah. Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi :
- Mola karnosa : hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti daging
- Mola heberose : amnion berbenjol-benjol karena terjadi hemotoma antar amnion dan korion
- Fetus kompresus : janin mengalami mummifikasi, terjadi penyerapan kalsium dan tertekan sampai gepeng
- Fetus papireseus : kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan laksana kertas
- Blighted ovum : hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin hanya benda kecil yang tidak berbentuk
- Missed akortion : hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu
(Manuaba, 1998 :216)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan positif bila janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibronogen darah pada missed abortion
I. KOMPLIKASI ABORTUS
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah pendarahan perforasi, infeksi dan syok
1. Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi. Penjaitan luka perforasi atau perlu histerektomi perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas mungkin mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi segera dilakukan untuk menentukan luasnya cidera untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi
3. Infeksi
Biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemorogik) dan karena infeksi perut (syok endoseptik)
(Wiknjosastro, 2005 : 313)

J. PENATALAKSAAN
Pada pasien abortus imenens dilaksanakan dengan
a. Istirahat total di tempat tidur
- Meningkatkan aliran darah ke rahim
- Mengurangi rangsangan mekanis
b. Obat-obatan yang diberikan
- Penenang penobarbital 3x30 mgram, valium
- Anti pendarahan : Adona, Transamin
- Vitamin B komplek
- Hormonal : Progesteron
- Penguat plasenta : Gestanom, Dhupaston
- Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
c. Evaluasi
- Pendarahan jumlah dan lamanya
- Tes kehamilan dapat diulangi
- Konsultasi pada dokter ahli atau penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan ultrasonografi
(Manuaba, 1998 : 218)


BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Pengkajian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Mei 2006 jam 08.00 WIB di Ruang VK yang berlanjut di Ruang BR RSU TIDAR Magelang secara autoanamnesa dan autoanamnesia
A. IDENTITAS IBU
a. Pasien
Nama : Ny. G
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Jln. Nuklir A3 RT.1/RW.10 Joyonegoro
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. J
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Nuklir A3 RT.1/RW.10 Joyonegoro

B. RIWAYAT PERAWATAN ANTENATAL
1. G1, Po, Ao
2. Riwayat penggunaan kontrasepsi
- Jenis : -
- Kapan : -
- Tanggal terakhir pemakaian : -
- Keluhan : -
3. Riwayat Menstruasi
- Awal menstruasi : 13 tahun
- Siklus : 7 hari
- Keluhan : pasien disminore setiap haid
- Menstruasi terakhir : 5 Februari 2006
4. Riwayat Kehamilan
- Minggu ke : 13 lebih 5 hari
- Tes kehamilan : menggunakan alat tes sensitif hasil positif
- Urine : warna kuning pekat, bau khas
- Darah : kadang-kadang keluar dari vagina kira-kira 100cc
- Keluhan / masalah : pasien mengatakan badan terasa lemas
- Pemakaian obat-obatan
- Adakah kebiasaan :
- Merokok : tidak
- Minum alkohol : tidak
5. Riwayat kehamilan dulu
Pasien pertama kalinya hamil
6. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami masalah seperti ini, karena ini adalah kehamilan yang pertama. Tetapi pasien hanya mengalami disminore saat haid
7. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat abortus seperti yang dialami pasien dan tidak ada yang mempunyai penyakit menurun dan menular dan tidak ada riwayat gemeli, kelainan dalam persalinan
8. Pengkajian pada fungsional menurut Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan kesehatn itu sangat penting dalam menjaga kesehatannya dan bila sakit pasien memeriksakan ke pelayanan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolis
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk-pauk dan terkadang buah-buahan. Dan minum air putih 7-8 gelas/hari terkadang minum susu.
Selama sakit : pasien tidak ada pantangan makan. Pasien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk-pauk dan buah. Pasien habis ½ porsi. Pasien minum habis 4 gelas/hari
c. Eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning, tidak ada lendir maupun darah. Pasien BAK 5 kali sehari dengan warna kuning pekat, bau khas.
Selama sakit : pasien BAB 1 kali dalam 2 hari dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning, tidak ada lendir maupun darah. Pasien BAK 6 kali sehari, dengan warna kuning, bau khas
d. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari seperti memasak, mencuci, mengambil air dikerjakan sendiri dan pasien sering lelah
Setelah sakit : pasien beristirhat total, aktifitas dibantu keluarga, semua aktifitas dilakukan ditempat tidur secara umum pasien dapat beristirahat walaupun saat nyeri datang pasien tidak dapat tidur
e. Pola persepsi dan kognitif
Selama kehamilan pasien memeriksakan kehamilannya ke bidan 1 bulan sekali. Pasien belum paham benar dengan kehamilannya karena ini merupakan kehamilan pertama
f. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien tidur 7-8 jam tidur siang 2-3 jam tanpa gangguan lain
Selama sakit : pasien tidur 5 jam tapi sering terbangun karena rasa nyeri yang sering datang pada saat tidur
g. Pola persepsi dan konsepsi diri
Gambaran diri : pasien tampak merasa sedih dan lemas, penampilan kusut
Ideal diri : pasien aka menjadi ibu dari anak yang dikandungnya
Peran diri : pasien seorang ibu rumah tangga dan sebentar lagi mempunyai tanggung jawab menjadi seorang ibu
Harga diri : pasien senang dengan bayi yang dikandungnya
Identitas diri : pasien berkonsentrasi penuh dengan kandungannya
h. Pola peran dan hubungan
Pasien berperan sebagi seorang istri dan ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan para tetangga sangat baik.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pasien menikah pada umur 25 tahun. Lama pernikahan 2 tahun dan sekarang pasien sedang hamil

j. Pola koping dan toleransi dengan stress
Pasien setiap ada masalah selalu mendiskusikan dengan keluarga dan pasien senang dengan kehamilannya tetapi pasien merasa cemas karena merupakan kehamilan pertama.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama Islam. Sebelum sakit pasien selalu mengerjakan solat 5 waktu tetapi selam sakit pasien hanya mampu berdoa untuk kesembuhannya
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Penampilan : lemah
b. Kesadaran : composmetis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
/menitb. Respiratorerate : 20
/ menitc. Nadi : 60
d. Suhu C: 37
3. Tinggi tubuh : 153 cm
Berat tubuh : 48 kg
4. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesoshefal
b. Rambut : Rambut hitam panjang, tak mudah rontok, tak ada ketombe, tak ada lezi
c. Mata : Pasien tidak menggunakan bantu penglihatan, konjugtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
d. Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada pendarahan, bentuk simetris
e. Telinga : bentuk simetris, tidak ada penumpukan serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
f. Mulut : tidak ada pendarahan gusi, mukosa bibir lembab
5. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar teroid
6. Dada
Paru-paru
- I : Simetris, tidak ada retraksi interkosta
- Pe : sonor
- Pa : Tidak ada nyeri tekan
- A : visikuler
Jantung
- I : Ictus Codis tak tampak
- Pe : pekak
- Pa : Ictus codis tidak teraba
- A : reguler


7. Abdomen
- I : Perut tampak membuncit sesuai kehamilan, tidak ada bekas operasi terdapat linia nigra
- A : Peristaltik usus 18 /menit
- Pe : Timpani
- Pa : Tak ada nyeri tekan, TFU 2 jari diatas simfisis
8. Genetalia : Kotor, terpasang pembalut, tak terpasang kateter
9. Anus : Tidak ada hemoroid
10. Ekstremitas
11. Superior : gerak terbatas, terpasang infus RL 20 kali per menit tidak ada oedem
Interior : gerak terbatas, tidak ada oedem
12. Kulit : warna kulit sawo matang, turgo kulit baik
D. DATA PENUNJANG
1. USG tanggal 7 Mei 2006 jam 20.00 WIB
Hasil :
- Janin tunggal, hidup, intra uteri
- Janin umur 13 minggu
Data laboratorium : 8 Mei 2006
- LHBC : 10,6 x 10 % /dl - MXD : 6,4 %
- RBC : 3,65 x 10 % /dl - NEUT : 67,9
- HGB : 10,8 g/dl - LXM : 2,7 x 103
- MCT : 32,5 % - NEUT :7,2 x 103
- MCV : 8 gr - RDW : 45,4 Fl
- MCH : 33,29 / dl - MPV : 9,8 Fl
- PLT : 195 x 103 - P-LCd : 25,4 %
- LXM : 25,7% - Albumen : 2,2 g/dl
2. Terapi tanggal 7 Mei 2006
- infus RL 20 tetes/menit
3. Terapi oral
- Mivedipin tablet 3 x 1 per oral
- Papaverin 3 x 1 per oral
- Amoxilin tablet 3 x 1 per oral
- Injeksi viliron 1 ampul
4. Terapi tgl 8 Mei 2006
- Asam mefenanet 3 x 1 per oral
- Duvadilan tablet 3 x 1 per oral


II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data Dasar
Pengkajian perawatanmeliputi data tentang physiologic. Physiologi dan status sosial ekonomi. Perawatan seringkali membuat keputusan pada langkah pertama dan mempertimbangkan alternatif dan pilihan yang tepat.
1. Riwayat Obstetri
Tentang sejarah wanita dalam penggunaan kontrasepsi pertahun khususnya difokuskan pada menstruasi dan penggunaan obat-obatan
2. Riwayat Keluarga
Tentang kondisi pembedahan dalam penggunaan kontrasepsi di riwayat aborsi
3. Riwayat Psycologi
Dimana perawat mengkaji wanita dan pasangan untuk menggungkapkan proses terdeteksi hamil untuk meminimalkan resiko terjadinya komplikasi sehingga perawat memfokuskan pada pemecahan masalah. Dan intervensi untuk membantu pasien dan pemecahan masalah perlu perencanaan waktu lebih awal dantepat dalam proses membuat keputusan. Wanita menginginkan partner atau orang lain dalam pembuatan keputusan tersebut dan ini sangat penting khususnya tanda dari permasalahan sebagian masyrakat.
4. Riwayat Fisiologi
Sistem kekuatan dari ibu untuk mengungkapakan perasaannya. Karena arti ini sangat komplek dan mempunyai penilaian tentang reproduksi. Kehamilan dapat terjadi kecelakaan yang komplek dan dapat digunakan untuk mempengaruhi hubungan dengan orang yang penting dalam kehidupan
5. Seksualitas
Aktifitas seksual dan kapasitas reproduksi
(Reede, 1997 : 305)
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan pola fungsional Gordoon kerana pada pola tersebut terbentuk dari hubungan antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan atau komunikasi. Pola-pola tersebut meliputi :
1. Persepsi kesehatan pada manjemen kesehatan mengabarkan pola pemahaman dan bagaimana kesehatan meraka diatur.
2. Pola metabolik-nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhab metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan keadaan kulit rambuty, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh tinggi dan berta badan.
3. Pola eleminasi, menggambarkan pola fungsi eksresi (usus besar, kandung kemih dan kulit) termasuk pola individu sehari-hari. Perubahan atau gangguan dan metode yang di gunakan untuk mengendalikan eksresi.
4. Pola aktifitas olah raga, menggambarkan aktifitas mengisi waktu senggang dan rekreasi, termasuk aktifitas kehidupan sehari-hari. Tipe dan kualitas olahraga dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktifitas seperti otot, syaraf, respirasi dan sirkulasi.
5. Pola tidur istirahat, menggambarkan dan relaksasi setiap bantuan untuk merubah pola tersebut
6. Pola persepsi kognitif, menggambarkan pola persepsi sonsorik dan kognitif. Meliputi kekuatan bentuk sensor (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan dan penghirupan). Pelaporan mengenai persepsi sensori dan kemampuan fungsi kognitif.
7. Pola persepsi diri – konsep diri, menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri kemampuan mereka, gambaran diri dan perasaan.
8. Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan meliputi, persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam sehari kehidupan saat ini
9. Pola reproduksi seksualitas, menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas termasuk satatus reproduksi wanita
10. Pola koping-toleransi- stress, menggambarkan pola koping umum dan kefektifitasan ketrampilan koping dalam metode rasa stress
11. Pola nilai kepercayaan , meggambarkan pola nilai ajaran atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang menggambarkan pilihan dan keputusan gaya hidup
(Potter, 1996 : 10)

B. Pengkajian Fisik
1. Riwayat menstruasi dan periode terakhir menstruasi menggunakan kontrasepsi.
2. Membantu pemeriksaan fisik, mengumpulkan data spesimen tes kehamilan untuk menentukan lamanya hamil secara fisiologi dan metode kontrasepsi untuk mengetahui mengenai alternatif abortus.
3. Kehamilan dan riwayat kesehatan untuk mengidentifikasi khususnya kebutuhan dan resiko.
4. Keadaan di sekeliling yang tidak diperlukan dalam konsepsi
5. Tingkatan dari pertentangan tentang abortus
6. Hubungan keterlibatan dalam keluarga orang tua dan memberi dukungan
7. Krisis dari presentasi yang lebih lanjut yang membutuhkan psikologi konseling
(Reeder, 1997 :308)

III. Fokus Intervensi
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesesuian pilihan prosedur normalnya emosi perwatan diri
Intervensi :
- Menasehati panjang waktu selama hamil
- Memberikan indikasi dari kehamilan
- Mendiskusikan tipe dari prosedur abortus
- Memberitahu komplikasi dari kehamilan
- Memberitahu resiko dari kehamilan
2. Pengeluaran pendarahan berhubungan dengan tanda dan gejala dari komplikasi resumsi aktifitas sosial, kontrasepsi, seksual, sumber komunitas perawatan saat pemeriksaan
Intervensi
- Memberi nasehat komplikasi
- Memberi penjelasan tentang pencegahan dari abortus
- Menjelaskan rangkaian untuk mengurangi aktifitas seksualitas
- Memberi penjelasan perawatan pada saat pemeriksaan
3. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan prosedur abortus
Intervensi
- Memberi nasehat komplikasi setelah abortus
- Mengakaji pilihan alternatif dari abortus
- Membantu meminimalkan trauma jaringan pada resiko infeksi
- Menjaga klien dan memberi dukungan dan klasifikasikan selama prosedur abortus
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
Intervensi
- Membantu memperkecil trauma jaringan dan resiko infeksi
- Memberi perawatan selama kehamilan
- Memberi pencegahan tidak terjadi abortus
5. Koping individu tidak efektif terhadap depresi berhubungan dengan respon emosional
Intervensi
- Anjurkan konseling psikologi jika diindikasikan
- Mendiskusikan kunjungan kontrasepsi lanjut dan reaksi emosional
- Memberi dukungan atau motivasi kepada klien
- Menyediakan kesempatan untuk respon ekspresi emosional konflik
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehamilan
Intervensi
- Memberi dukungan atau motivasi kepada klien
- Menganjurkan pasien untuk penyerahan psikologi
- Memberi pemecahan konflik permasalahan
- Memberi perwujudan stress dan menaikkan resolusi
7. Gangguan proses keluarga berhuhubungan dengan efek abortus yang adad hubungan (ketidak adanya persetujuan, status kawin, dan konflik pribadi) masalah identitas orang dewasa.
Intervensi
- Anjurkan konseling psikologi seksual jika diindikasikan
- Memberi motivasi pada pasien
(Reeder, 1997 : 308)

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada nyonya G dengan abortus imminens di ruang BR RSU. Tidar Magelang. Disini penulis akan menguraikan tentang bagaimana masalah keperawatan tersebut. Dan apa akibat yang terjadi bila masalah tersebut tidak teratasi. Dan rasional tindakan yang dilakukan dan bagaimana hasil evaluasi yang dicapai setalah implementasi. Disini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan lapangan. Adapun diagnosa yang muncul pada abortus menurut (Reeder , 1997 :308) yaitu
a. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kesesuaian pilihan prosedur normalnya emosi perawatan diri
b. Pengeluaran pendarahan berhubungan dengan tanda dan gejala dari komplikasi resumsi dari aktifitas seksual kontrasepsi, seksualitas, sumber komunitas perawatan pada saat pemeriksaan
c. Gagngguan nyaman nyeri berhubungan dengan prosedur abortus
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
e. Koping individu tidak efektif terhadap depresi berhubungan dengan respon emosional
f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehamilan
g. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan proses abortus yang ada hubungannya (tidak adanya persetujuan status kawin dan konflik pribadi). Masalah identitas orang dewasa.
Disini penulis menemukan diagnosa yang muncul pada Ny.G yaitu :
a. Intoleran aktifitas berhubungan denganpencegahan abortus lebih lanjut
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada kematian janin.
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kehamilan

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pencegahan abortus lebih lanjut.
Yang dimaksud intoleransi aktifitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktiftas sampai tingkat yang diinginkan atau yang di butuhkan (Carpenito, 2000 : 2). Intoleransi aktifitas ini muncul dari data mayor selama aktifitas, kelemahan, pusing, dispniea, 3 menit setelah aktifitas pusing, depsniea keletihan akibat aktifitas, frekuensi pernafasan lebih dari 24 dan frekuensi nadi lebih dari 25. Dan dari data minor : pucat atau sianosis, kontusi dan vertigo ( Carpenito, 2000 : 2).
Penulis memprioritaskan masalah ini pertama sesuai dengan kebutuhan fisiologis menurut Abraham Maslow (Effendy, 1998 : 3).Dengan hasil yang diharapkan pasien melaporkan peningkatan intoleran aktifitas (termasuk aktifitas sehari-hari)dengan kriteria waktu 2 x 24 jam.
Adapun rencana yang dibuat adalah ukur tanda vital pasien rasionalisasinya untuk menujukan kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktifitas. Anjurkan pasien untuk mengikuti aktifitas dengan istirahat yang cukup rasionalisasinya untuk menghemat energi dan menghindari pengerahan tenaga terus menerus (Dongoes, 2001 : 123). Anjurkan keluarga membantu aktifitas pasien rasionalnya hal ini untuk mencegah terjadinya kelemahan. Anjurkan pasien istirahat dan penggunaan posisi miring kiri rasionalnya untuk menurunkn iritabilitas uterus (Dongoes,2001:126)Anjurkan nuntuk bedrest total rasionalnya untuk mengurangi aktifitas dan stress sehingga dapat membantu menurunkan ketegangan mengurangi kontraksi uterus.
Evaluasi yang didapatkan jam 11.00 pada hari ke 2 tanggal 8 Mei 2006 yaitu pasien sudah tidak cemas lagi ,darah sudah tidak keluar, masalah teratasi dan pertahankan intervensi.
Faktor pendukung dalam implementasi yang dilakukan penulis yaitu pasien mengikuti tindakan yang dilakukan oleh penulis sedangkan faktor penghambatnya pasien lebih aktif dalam melakukan aktifitas dan kadang tidak memikirkan akibatnya.



2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada kematian janin.
Yang dimaksud ansietas adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktifitas sistem saraf autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas non spesifik (Carpenito, 2000 : 9) ini bisa dibuktikan dengan peningkatan tegangan ketakutan. Perasaan tidak adekuat, keluhan-keluhan somatik (Doengoes,2006:121)
Data mayor dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari katagori fisiologis emosional dan kognitif.gejala-gejala bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas. Fisiologi sendiri meliputi peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah peningkatan frekuensi pernapasan, diaforesis, insomnia keletihan dan kelemahan mulut kering, gelisah, gemetar, bedebar-debar sering berkemih, diare, emosional meliputi ketakutan ketidak berdayaan gugup dan kurang percaya diri sedangkan kognitif tidak dapat konsentrasi kurang kesadarn tentang sekitar.(Carpenito, 2000 : 9).
Masalah keperawatan ini diprioritaskan kedua sesuai Abraham Maslow yaitu kebutuhan keamanan dan keselamatan (Effendy, 1998 : 4) dengan waktu 2 x 24 jam dengan hasil yang diharapkan pasien tidak cemas.
Adapun rencana tindakan yang dilakukan oleh penulis antara lain perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan untuk berfungsi membuat keputusan rasionalnya stres yang tidak diatasi dengan mempengaruhi tugas tugas kehamilan, anjurkan pasien untuk menghindari mengakat berat rasionalnya aktifitasnya yang ditoleran sebelumnya mungkin tidak dapat di indikasikan untuk untuk wanita berisiko,anjurkan pasien untuk memodifikasi atau menghilangkan segala jenis aktifitas seksual rasionalnya karena aktifitas seksual termasuk orgasme dan stimulasi payudara.mampu meningkatan kepekaan uterus karena pelepasan oksitosin.tekankan pentingnya aktifitas hiburan yang tenag rasionalnya mencegah kebosanan dan meningkatkan kerja sama dengan pembatasan aktifitas ,anjurkan pasien untuk tirah baring rasionalnya aktifitas mungkin perlu modifikasi tergantung pada gejala-gejala aktifitas uterus perubahan serviks, kolaborasi tim medis.(Doengoes, 2000 : 121)
Evaluasi yang didapatkan pada tanggal 8 Mei 2006 pada hari ke 2 yaitu pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas dan aktifitas pasien bisa dilakukan sendiri. TD 120/80 mmHg. Masalah teratasi dan pertahankan intervensi.
Faktor pendukung pada implementasi yang dilakukan penulis yaitu pasien mengikuti tindakan yang dilakukan oleh penulis sedangkan faktor penghambatnya pasien lebih aktif dan mengerti dengan cara dipraktekan daripada dengan bahasa
Pembenaran :
Penulis mendapatkan data tentang pasien yang dibantu oleh keluarga dan perawat, misalnya mandi dibantu oleh perawat dan keluarga.

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kehamilan
Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami difisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi rencana pengobatan (Carpenito, 2000 : 223) karena kurangnya pemajaan pada dan atau kesalahan interprestasi tentang informasi tidak mengenal resiko individu atau peran sendiri pada pencegahan atau pelaksanaan resiko.(Dongoes, 2000 : 431)
Data mayor yang mendukung mengungkapkan pengetahuan atau penampilan dan permintaan informasi mengekspresikan suatu ketidak akuratan persepsi status kesehatan,melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan dan data minor ditemukan kurang integrasi tentang rencana pengobatan kedalam aktifitas sehari-hari,memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologi (misalnya ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.
Masalah keperawatan yang dilakukan ini diprioritaskan terakhir sesuai Abraham Maslow yaitu kebutuhan dasar aktualisasi diri (Effendy, 1998 : 4) dengan waktu yang diperlukan 20 menit dengan hasil yang diharapkan pasien dapat mengerti tentang kehamilanya.
Adapun rencana tindakan yang dilakukan oleh penulis antara lain:kaji pengetahuan pasien rasionalnya untuk mengetahui tingkat pendidikanya .beri informasi tentang kehamilanya rasionalnya meningkatkan pemahaman akan dampak kehamilan pada proses penyakit, (Dongoes, 2001 : 119). Bantu pasien untuk mengidentifikasi teknik perawatan diri untuk individu rasioanalnya meningkatkan kepercayaan diri dalam perawatan diri (Dongoes,2001:119).anjurkan pasien untuk meporkan tentang perubahan kehamilan rasionalnya dapat mewujudkan perubahan kehamilanya yang dapat mencetuskan abortus. (Dongoes, 2001 : 120)
Hasil yang diperoleh pada jam 11.00 pada tanggal 9 Mei 2006 adalah pasien sudah memahami tentang kehamilanya,dan masalah teratasi dan pertahankan intervensi.
Dalam melakukan implementasi penulis mempunyai faktor pendukung dan penghambatnya.faktor pendukung:pasien kooperatif dalam tindakan yang dilakukan penulis dan penghambatnya :pasien tidak begitu mengerti jika penyuluhan lebih baik diberi contoh secara langsung

BAB V
PENUTUP


Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.G dengan abortus imminens diruang BR RSU. Tidar Magelang. Penulis akan memberikan kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. G dengan abortus imminens di ruang BR RSU Tidar Magelang, penulis menggunakan pola pengkajian menurut Gordon dimana pola tersebut dari hubungan antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan atau komunikasi (Patricia dan Potter, 1996 :10). Penulis menggunakan pola Gordon karena pola ini sesuai dengan pasien yang penulis dengan tujuan memandikan pasien
Diagnosa keperawatan yang ditemukan oleh penulis pada NY.G yaitu intoleran aktivitas berhubungan dengan pencegahan abortus lebih lanjut. Ansietas b/d krisis situasi ancaman pada kematian janin dan kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kehamilan dari diagnosa keperawatan. Yang penulis temukan pada Ny.G dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut dan setelah dilakukan tindakan keperawatan. Semua masalah keperawatan yang diambil oleh penulis pada NY. G dapat teratasi
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dalam melakukan tindakan perlu diperhatikan kesetirilan dalam melakukan setiap prosedur tindakan dalam keperawatan.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan mampu melakukan perawatan di rumah secara mendiri dengan menggunakn prosedur yang telah digunakan perawat
.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Chalik, TMA (1997), Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi, Widya Medika, Jakarta
Doengoes, E. Marylin (2001), Rencana Perawatan Maternal Bayi, EGC, Jakarta.
Effendi, Nasrul, (2000), Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde (1998), Pengkajian Kesehatan, EGC, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Aneka Cipta, Jakarta
Potter, Patricia. A, (1996), Pengkajian Keperawatan, EGC, Jakarta.
Reeder, Sharonj (1997), Maternity Nursing, for Library of Congress, Philadelpia
Sastrowinata, Sulaiamn (2004), OBSTETRI PATOLOGI, EGC, Jakarta.
Surjadi, Charles (2000), Kesehatan Reproduksi jaringan epidemilogi nasioanal, Jakarta
Taher, Ben-Zion (1994), Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta
Winjosastro, Hanifa (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Aneka Cipta, Jakarta