kumpulan makalanh, artikel dalam berbagi kesehatan.blogspot

Minggu, 06 Juni 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HAID

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Haid

A. FISIOLOGI HAID
Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid normal atau yang dianggap klasik adalah 28 hari. Panjang siklus dipengaruhi usia, rata- rata pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, wanita 43 tahun 27,1 dan wanita 55 tahun 51,9 hari. Lama haid biasanya 3- 5 hari dengan jumlah darah 33,2 + 16 cc.
Siklus haid dapat dipahami dengan membaginya menjadi fase folikuler, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan- perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara estrogen dan gonadotropin. Tempat utama umpan balik ini mungkin pada hipotalamus. Pada fase folikuler beberapa folikel berkembang karena pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH karena regresi korpus luteum sehingga estrogen berkurang. Dengan berkembangnya folikel, estrogen meningkat dan LH juga meningkat yang pada pertengahan siklus mengakibatkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi terjadi fase luteal dimana sel- sel granulosa membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning, folikel menjadi korpus luteum. Pada korpus luteum diproduksi estrogen dan progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, setelah 8 hari korpos luteum berdegenerasi dan setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus albikan.
Mekanisme haid belum sepenuhnya diketahui, selain faktor hormonal ada beberapa faktor yang memegang peranan yaitu :
• Faktor- faktor enzim
Pada fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim hidrolitik dalam endometrium serta merangsang pembentukan glikogen dan asam mukopolisakarida. Zat ini berperan dalam pembangunan endometrium khususnya pembentukan stroma. Pada fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti dengan akibat mempertinggi permiabilitas pembuluh darah yang mana ini akan meningkatkan aliran zat makanan ke stroma endometrium sebagai persiapan implantasi ovum. Jika kehamilan tidak terjadi, enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel- sel yang berperan dalam sintesa protein yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
• Faktor- faktor vaskular
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena dan sambungannya dengan arteri, nekrotis dan perdarahan
• Faktor prostaglandin
Endometrium banyak mengandung prostaglandin E2 dan F2, yang bila terjadi disintegrasi endometrium ini akan terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium





Kompartimen – kompartimen yang berperan dalam haid
B. GANGGUAN HAID
Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan :
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan
a. Hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
a. Premenstrual tension
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea

Hipermenorea
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (> 8 hari). Penyebabnya adalah kelainan dalam uterus seperti mioma uteri, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium.
Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya pada konstitusi penderita, pada uterus (miomektomi), gangguan endokrin.
Polimenorea
Pada polimenorea, siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang menyebabkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal, sebab lain ialah kongesti ovarium.

Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Oligo dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
Amenorea
Adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut- turut. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid. Umumnya mempunyai sebab- sebab yang sulit diketahui seperti kelainan kongenital dan genetik. Pada amenorea sekunder, penderita pernah mendapat haid tapi kemudian tidak lagi. Sebabnya seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dll.
a. Penyebab amenorea dapat di klasifikasikan mencakup :
1. Gangguan organik pusat
• Tumor
• Radang
• Destruksi
2. Gangguan kejiwaan
• Syok emosional
• Psikosis
• Anoreksia nervosa
3. Gangguan poros hipotalamus – hipofisis
• Sindrom amenorea galaktorea
• Amenorea hipotalamik
4. Gangguan hipofisis
• Tumor (adenoma basofil, asidofil, kromofob)
5. Gangguan Gonad
• Kongenital (sindrom Turner)
• Menopause prematur
• The insensitive ovary
• Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang
6. Gangguan glandula suprarenalis
• Sindrom adrenogenital
7. Gangguan pankreas
• DM
8. Gangguan uterus, vagina
• Aplasia dan hipoplasia uteri
• Sindrom Asherman
• Endometritis tuberkulosa
• Histerektomi
• Aplasia vaginae
9. Penyakit – penyakit umum
• Penyakit umum
• Gangguan gizi
• Obesitas

b. Diagnosis
Ada jenis amenore yang memerlukan pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana.
1. Anamnesis
Harus diketahui apakah amenore primer atau sekunder, selanjutnya apakah ada hubungannya dengan faktor emosional, kemungkinan kehamilan, penderita menderita penyakit akut atau menahun, apakah ada gejala penyakit metabolik.
2. Pemeriksaan umum
Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.


3. Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium dll.
4. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat dilakukan pemeriksaan :
• Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
• Sitologi vagina
• Tes toleransi glukosa
• Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
• Kerokan uterus
• Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
• Laparoskopi
• Pemeriksaan kromatin seks
• Pemeriksaan kadar hormon
c. Penanganan
Amenorea sendiri tidak memerlukan terapi tapi bagi penderita wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas atau sangat terganggu oleh tidak datangnya haid akan memerlukan penanganan. Terapi umum dilakukan dengan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk gizi, kehidupan dalam lingkungan sehat dan tenang. Pengurangan BB pada obesitas.
Terapi yang penting bila pada pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan mencolok adalah dengan pemberian hormon gonadotropin yang berasal dari hipofise dan pemberian klomifen

Perdarahan Bukan Haid
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Penyebabnya dapat karena kelainan organik alat genital atau oleh kelainan fungsional. Sebab organik seperti kelainan pada serviks, abortus, KET, radang tuba, radang atau tumor ovarium.
Dismenorea
a. Pengertian
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan seringkali disertai mual, maka istilah dismenorea dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa wanita untuk istirahat, meninggalkan pekerjaannya atau cara hidupnya sehari- hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea dibagi atas primer dan sekunder. Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis, endometritis dll. Sedangkan dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat genital yang nyata. Dismenore ini terjadi beberapa waktu setelah menarce oleh karena siklus haid pada bulan- bulan pertama bersifat anovolatoar. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit, terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke pinggang dan paha, dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, iritabilitas, dll.
b. Etiologi
Belum jelas, beberapa faktor yang berperan adalah :
1. Kejiwaan
2. Faktor konstitusi seperti anemia, penyakit menahun
3. Obstruksi kanalis servikalis
4. Faktor endokrin
5. Prostaglandin F2
Penjelasan ini diberikan oleh Clitheroe dan Pickles dimana pada endometrium fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot polos, jika prostaglandin ini dilepaskan ke darah dapat terjadi juga diare, muntah, flushing.
6. Faktor alergi
c. Penanganan
1. Penerangan dan nasehat
Dijelaskan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Diberikan penjelasan dan diskusi tentang cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Makanan sehat, istirahat yang cukup serta olah raga mungkin berguna, kadang- kadang diperlukan psikoterapi.
2. Pemberian analgetik
Sebagai terapi simptomatik, jika nyeri berat diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah.
3. Terapi hormonal
Tujuannya adalah menekan ovulasi, bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan ini bersifat primer.
4. Terapi dengan nonsteroid antiprostaglandin
5. Dilatasi kanalis servikalis

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklis menstruasi
b. Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual
c. Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkan
d. Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau tidak, banyak atau sedikit.
e. Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumor
f. Persepsi wanita tentang budaya dan etnik
g. Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan amenorea hipoganadotropi
h. Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasi
i. Nyeri : lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas, pola, gejala penyerta, serta koping terhadap nyeri
j. Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak ada kekuatan, merasa tidak berguna.
2. WOC GANGGUAN MENSTRUASI (AMENOREA SEKUNDER)



3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
DS : klien mengeluh nyeri di daerah punggung, dareah simpisis, paha, kepala,nyeri tekan pada payudara, pusing.
DO : keringat banyak, klien memegang daerah yang sakit, menangis.
b. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
DS : klien dan keluarga mengatakan belum pernah mendengar tentang gangguan menstruasi.
DO: klien dan keluarga sering bertanya, tidak menggunakan tehnik mengurangi nyeri, tidak bisa menjelaskan tentang gangguan yang dialaminya.
c. Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
DS: klien mengatakan malu, tidak berguna, merasa bersalah, merasa tidak ada kekuatan.
DO: klien tidak mengurus diri, penampilan tidak diperhatikan, sering membicarakan penyakitnya, tampak putus asa.

4. PERENCANAAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.


Intervensi;
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien. R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
c. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
d. Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
e. Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
f. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g. Lakukan kompres/mandi air panas.
R/ meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.
h. Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
i. Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.

b. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penanganannya berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan mengetahui tentang gangguan menstruasi
Kriteria evaluasi: klien menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejalanya ,serta penanganannya, menjelaskan menstruasi yang normal.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi,penyebab, gejala dan penanganannya.
R/mengidentifikasi luasnya masalah klien dan perlunya intervensi.
b. Jelaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala, dan penanganannya.
R/dengan memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.
c. Jelaskan metode-metode untuk mengurangi nyeri
R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penanganan nyeri secara non farmakologis.
d. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
R/meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.
c. Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.

Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
R/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
c. Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa diterima.
d. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai aspek positif.
R/ mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada karakteristik positif yang mendukung keseluruhan konsep diri.
e. Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
f. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.


5. IMPLEMENTASI
Implementasi diberikan sesuai rencana intervensi. Penyuluhan dibuatkan SAP dengan metode, alat peraga atau media yang memadai seperti demonstrasi, leflet, LCD.
6. EVALUASI
Evaluasi berdasarkan criteria yang sudah disebutkan pada masing-masing diagnosa keperawatan.

Tidak ada komentar: