kumpulan makalanh, artikel dalam berbagi kesehatan.blogspot

Sabtu, 02 April 2011

ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Asfiksia Neonatorum adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan karena kurangnya oksigen janin dalam kandungan,
Asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Apa definisi asfiksia neonatorum ?
b) Bagaimanakah klasifikasi asfikisia neonatorum ?
c) Bagaimanakah etiologi asfiksia neonatorum ?
d) Bagaiamanakah patofisiologi asfiksia neonatorum ?
e) Bagaimanakah manifestasi klinik asfiksia neonatorum ?
f) Bagaimanakah komplikasi yang terjadi pada asfiksia neonatorum ?
g) Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan asfiksia neonatorum ?

1.3 TUJUAN
a) Untuk menjelaskan definisi asfiksia neonatorum ?
b) Untuk menjelaskan klasifikasi asfikisia neonatorum ?
c) Untuk menjelaskan etiologi asfiksia neonatorum ?
d) Untuk menjelaskan patofisiologi asfiksia neonatorum ?
e) Untuk menjelaskan manifestasi klinik asfiksia neonatorum ?
f) Untuk menjelaskan koplikasi yang terjadi pada asfiksia neonatorum ?
g) Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan asfiksia neonatorum ?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 DEFINISI

Asfiksia Neonatorum adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001).

2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa bayi terdiri dari :

a) Faktor ibu
1) Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.

2) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkutangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.

b) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.

c) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
d) Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

2.3 TANDA DAN GEJALA

a) Hipoksia.
b) RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt.
c) Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas.
d) Bradikardia.
e) Tonus otot berkurang.
f) Warna kulit sianotik/pucat.

2.4 KLASIFIKASI

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:

a) Vigorous Baby
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

b) Mild Moderate asphyksia/asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

c) Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.


2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Analisa Gas darah
b) Elektrolit darah
c) Gula darah
d) Baby gram (RO dada)
e) USG (kepala)

2.6 MANAJEMEN TERAPI

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

a) Memastika saluran nafas terbuka :

1) Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2) Menghisap mulut kemudian hidung k/p trachea
b) Memulai pernapasan :

1) Lakukan rangsangan taktil
2) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

c) Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.

 Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
a) Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
2) Pembersihan jalan nafas
3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

b) Tindakan khusus
1) Asphyksia berat
1. pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten
2. berikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB.
3. masase jantung eksternal

2) Asphyksia sedang
1. Stimulasi agar timbul reflek pernapsan
2. ventilasi aktif harus segera dilakukan
3. ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt
4. ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit





















BAB III
PEMBAHASAN


3.1 DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.
3.2 KLASIFIKASI
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
a) Asphyksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b) Asphyksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c) Asphyksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

3.3 ETIOLOGI
 Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
a) Asfiksia dalam kehamilan
1) Penyakit infeksi akut.
2) Penyakit infeksi kronik.
3) Keracunan oleh obat-obat bius.
4) Uraemia dan toksemia gravidarum.
5) Anemia berat.
6) Cacat bawaan.
7) Trauma
b) Asfiksia dalam persalinan
1) Kekurangan O2.
• Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
• Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
• Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
• Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
• Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
• Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
2) Paralisis pusat pernafasan
• Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps
• Trauma dari dalam : akibat obet bius.


 Penyebab asfiksia Stright (2004)
a) Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.
b) Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
c) Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
d) Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
e) Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.

3.4 TANDA DAN GEJALA

a) Hipoksia.
b) RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt.
c) Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas.
d) Bradikardia.
e) Tonus otot berkurang.
f) Warna kulit sianotik/pucat.















3.5 PATOFISIOLOGI
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik



ASFIKSIA









Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan
Dan kadar CO2 meningkat


Nafas cepat



Apneu suplai O2 suplai O2
Ke paru dlm darah

Kerusakan otak
G3 metabolisme
& perubahan asam
basa
DJJ & TD Kematian bayi


Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilasi



3.6 MANIFESTASI KLINIK
a) Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
3) Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

b) Pada bayi setelah lahir
1) Bayi pucat dan kebiru-biruan.
2) Usaha bernafas minimal atau tidak ada.
3) Hipoksia.
4) Asidosis metabolik atau respiratori.
5) Perubahan fungsi jantung.
6) Kegagalan sistem multiorgan.
7) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

3.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a) Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
b) Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c) Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d) Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
3.8 ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1) Identitas klien dan keluarga
2) Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
3) Pengukur hasil nilai apgar score bila nilainya 0-3 asfiksia berat,bila nilainya 4-6 asfiksia ringan
4) Pengkajian dasar data neonates
 Sirkulasi
• Nadi apical cepat atau tidak,teratur atau tidak
• Murmur jantung yang dapat di dengar
 Neurosensori
• Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak buncit.
• Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin besar.
• Reflek tergantung pada usia gestasi.

 Pernafasan
• Nilai apgar mungkin renda
• Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur
• Mengorok, pernapasan cuping hidung, retrakasi suprasternal
• Adanya bunyi mengi selama fase inspirasi dan ekspirasi
• Warna kulit
 Keamanan
• Suhu berfluaktasi dengan mudah
• Menangis mungkin lemah
• Menggunakan otot-otot bantu nafas
 Makanan / cairan
• Berat badan kurang dari 2500 gr
b) Diagnosa dan Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskuler,penurunan energy,dan keletihan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis (adanya secret)
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran preterm,lingkungan NICU tidak alami,perpisahan dari orang tua
4. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi/maturasi, gangguan proses kedekatan orang tua
c) Intervensi
Dx tujuan intervensi rasional
1 Setelah dilakukan tindakan 1X24 jam, pasian dapat bernafas secara efektif dengan kriteria hasil :
a) Jalan nafas tetap paten
b) Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2 yang adekuat
c) Frekuensi dan pola nafas dalam batas yang sesuai
d) Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam batas normal
e) Oksigenasi jaringan adekuat
1. tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap ke atas.
2. observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang di inginkan,kenali tanda-tanda sianosis,pernafasan cuping hidung.
3. lakukan penghisapan (suction).
4. lakukan perkusi,vibrasi,dan postural drainage sesuai indikasi.
5. pertahankan suhu lingkungan yang netral.
6. pantau dengan ketat pengukuran gas darah.
7. observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi ventilasi dan oksigenasi 1. untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.
2. Indikator obstruksi trakea atau spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera.
3. untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring,tracea.
4. untuk memudahkan drainase secret.
5. untuk menghemat penggunaan O2.
2 1. aspirasi (hisap) dari jalan nafas sesuai kebutuhan.
2. beri posisi terlentang dengan kepala pada posisi”mengendus” dengan leher sedikit ekstensi.
3. lakukan visioterapi dada bila di instruksikan
4. auskultasi kedua lapang paru 1. untuk memungkinkan reoksigenasi.
2. memungkinkan terbukanya jalan nafas.
3. Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi krekels, ronki & mengi terdengar pada inspirasi dan / ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan.
3 1. berikan nutrisi optimal.
2. berikan periode istirahat yang teratur tanpa gangguan.
3. kenali adanya tanda-tanda stimulasi berlebihan(menguap,membelalak,peka rangsang,menangis.
4. tingkatkan interaksi orang tua-bayi.
1. untuk menjamin penambahan berat badan yang mantap dan pertumbuhan otak
2. untuk menurunkan penggunaan kalori dan O2 yang tidak perlu.
3. merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal

4 1. dorong kunjungan orang tua sesering mungkian.
2. dorong orang tua menyentuh,menggendong,dan merawat bayi sesuai degan kondisi fisik bayi,bersikap terlibat aktif dalam perawatan bayi
3. izinkan orang tua untuk menghabiskan waktu sendiri,bersama bayi
PADA SAUDARA KANDUNG
4. Dorong saudara kandung untuk mengunjungi bayi bila mungkin
5. jelaskan lingkungan,kejadian,penampilan bayi dan mengapa bayi tidak dapat pulang kerumah.
6. anjurkan saudara kandung untuk membuat foto ata membawa benda kecil lainnya,seperti surat,untuk bayi dan di letakkan pada incubator atau keranjang bayi 1. untuk memulai proses kedekatan
2. untuk meningkatkan kepercayaan diri orang tua
3. untuk menyiapkan mereka untuk berkunjung



BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Asfiksia neonatorum diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : Asphyksia Ringan ( vigorus baby), Asphyksia sedang ( mild moderate asphyksia), Asphyksia Berat. Etiologi asfiksia neonatorum adalah terjadinya gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Tanda dan gejala asfiksia neonatorum yaitu : Hipoksia, RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt, napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas, bradikardia, tonus otot berkurang, warna kulit sianotik/pucat.
4.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini dari pembaca.




MAKALAH SISTEM RESPIRASI 1

ASFIKSIA NEONATORUM


Disusun oleh :

Sri Retnaning Noviana
Reza Kurnia Agung




PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2010


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini :
Ibu Erni, Dosen Mata Kuliah Sistem Respirasi 1.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Respirasi 1 Semester III Tahun Ajaran 2010.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami mohon mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini akan menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.





Blitar, 17 Oktober 2010

Penyusun

Tidak ada komentar: